Kamis, 02 Juli 2015

Jenis batik, teknik pembuatan batik


Batik
A.   Sejarah Batik Indonesia
Batik Indonesia menjadi semakin terkenal setelah memperoleh pengakuan dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB yang memutuskan batik Indonesia sebagai warisan pusaka dunia. Pengakuan yang diberikan pada 2 Oktober 2009 lalu menjadi tonggak penting untuk eksistensi batik di dunia internasional. Dalam rentang waktu sangat panjang batik hadir di bumi Nusantara. Batik sudah ada sejak zaman nenek moyang Indonesia.
Kata batik berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: amba, yang bermakna 'menulis' dan titik, yang bermakna 'titik'. Walaupun kata batik berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa teknik membatik kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilanka pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes, arkeolog Belanda, dan F.A. Sutjipto, sejarawan Indonesia, percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme, tetapi diketahui memiliki tradisi kuno membuat batik.
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu. Adapun detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan Buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.
Sementara pada legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin, menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan dia hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. Kemudian keempat lembar kain tersebut ditafsirkan sebagai batik.
Dalam literatur Eropa, teknik batik pertama kali diceritakan dalam buku History of Java, London, 1817 tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda, Van Rijekevorsel, memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19. Saat itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.
Kemudian sejak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, Adapun pada batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Hugh Clifford merekam industri membatik ini hingga menghasilkan kain pelangi dan kain telepok.
Pada akhirnya batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia, khususnya Jawa. Sejak masa lampau, para perempuan menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian. Sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan. Hingga ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke bidang ini. Kemudian terjadi fenomena batik pesisir yang memiliki garis maskulin hingga bisa terlihat pada corak "Mega Mendung". Bagi masyarakat di daerah pesisir ini, pekerjaan membatik merupakan sebuah kelaziman bagi kaum lelaki.
Berbicara tradisi membatik, pada mulanya batik merupakan tradisi yang turun-temurun dari masyarakat Jawa. Boleh jadi, terkadang untuk suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga Keraton Yogyakarta dan Surakarta. Adapun batik Cirebon bermotif mahluk laut dan pengaruh Tionghoa. 
Dalam sejarah Indonesia, batik kemudian menjadi busana yang dikenakan oleh para tokoh, mulai dari masa sebelum kemerdekaan hingga sekarang. Di awal tahun 80-an, dalam diplomasi ke luar negeri, Presiden Soeharto mengatakan batik sebagai warisan nenek moyang Indonesia, terutama masyarakat Jawa yang hingga kini dikenakan oleh berbagai kalangan dan usia. Dengan pengakuan UNESCO dan ditetapkannya Hari Batik Nasional pada 2 Oktober semakin menempatkan batik tak hanya budaya Indonesia, tapi jati diri dan indentitas bangsa.

B.   Sejarah Batik Jambi

Ditinjau dari segi geografi dan sejarah, Jambi merupakan daerah yang strategis dan merupakan jarak yang terpendek dalam hubungan dengan tiongkok dan Selat Malaka. Dari berita2 yang ditulis oleh pedagang dan musyafir cina, seperti It Ching tahun 671 yang mengadakan perjalanan dari Kanton menuju ke Melayu dengan menumpang kapal Sriwijaya.kesimpulany pada periode melayu kuno dan Sriwijaya masyarakat yang berdiam di wilayah Jambi telah berhubungan aktif dengan bebagai bangsa. Hasil hubungan ini tentu akan menghasilkan pengaruh pula dalam bidang kebudayaan, termasuk ragam hias batik.

 Di Cina pada zaman Dinasti Tang, Bangkok dan Turkestan Timur telah ditemukan desain batik yang pada umumnya bermotif geometris serta adanya batik India Selatan yang dipasarkan di Malaya pada abad 17 s.d 19 M, telah turut memberikan pengaruh pada ragam hias batik Jambi karen pengaruh kebudayaan tersebut.

Tidak dapat ditentukan sejak kapan pastinya batik jambi ditemukan, yang jelas batik jambi pada masa kerajaan melayu telah membatik dengan motif khas fauna dan flora untuk keperluan keluarga dan lingkungan kerajaan. jambi juga menjadi pisat pertukatran barang dagangan dari sluruh nusantara, di samping menjalin dagang dengan indramayu, cirebon, lasem, tuban, madura dan lain-lain di kota jawa, sudah sejak lama mennjalin hubungan dagang dengan arab, cina, India, eropa dan negeri asia tenggara melaluia pedagangan mereka. Hubungan dagang ini turut mempengaruhi ornament2 batik jambi dan pengaruh kebudayaan arab terlihat pada ragam hias kaligrafi serta pengaruh cina lebih banyak pada bagian rumpal atau pinggiran kain.
Ragam hias batik jambi ditentukan factor estetika dan filosofis yang digali dan diperkaya dari muatan local yang berupa keadaan geografis, kebudayaan, kepercayaan dan hasil seni juga kerajinan.
Secara umum ragam hias batik jambi merupakan satu kesatuan dari elemen-elemen yang terdiri atas titik, garis, bentuk warna dan tekstur. Kesatuan elemen tersebut, mewujudkan keindahan melalaui pengulanagan, pusat perhatian, keseimbangan dan kekontrasan yang emmiliki bobot kultur setempat, opini dan nilai-nilai filosofis.

C.     Perkembangan Batik Jambi

Produksi batik Jambi dan perdagangannya secara terbatas sudah dimulai sejak masa Kesultanan. Dimana Di masa ini batik Jambi merupakan hasil karya seni yang tidak dapat dimiliki oleh sembarang orang. Batik Jambi di konsumsi hanya oleh masyarakat yang mempunyai tingkat kehidupan sosial yang tinggi, misalnya kerabat kerajaan atau kaum bangsawan. Dengan berakhirnya masa kesultanan Jambi, kebutuhan akan batik Jambi menurun secara drastis, sehingga jarang ditemukan ada pengrajin batik Jambi. kalaupun ada, pengrajin itu sudah tua.
Pada zaman penjajahan Belanda, berita tentang batik Jambi marak kembali dengan munculnya berbagai artikel yang ditulis oleh penulis berkebangsaan Belanda. Salah satunya adalah B.M. Gosligs yang dalam artikelnya mengatakan bahwa atas persetujuan Prof. Vam Eerde dia meminta residen Jambi Tuan H.E.K. Ezermenn untuk meneliti batik Jambi. Sekitar bulan oktober 1928 datang tanggapan dari Ezernann, bahwa di dusun Tengah pada waktu itu memang sesungguhnya ada pengrajin batik dan menghasilkan karya-karya seni batik yang Indah. (B.M Goslings halaman 1411)

Dari keterangan di atas, sejak zaman Kesultanan, zaman Belanda, zaman Kemerdekaan di Jambi memang terdapat seni batik, walaupun produksi dan pemakaiannya masih terbatas. Setelah zaman orde baru terutama sejak tahun 80-an hingga sekarang, perkembangan batik Jambi sangat pesat sekali. Pembinaan terhadap sanggar2 batik, dilakukan secara intensif dan massal. Pemakaian batik Jambi tidak lagi terbatas pada kalangan-kalangan tertentu tetapi sudah memiliki kebebasan. Batik Jambi menjadi milik masyarakat dan kebanggaan bangsa Indonesia dan dikenal bukan hanya di Indonesia tetapi sampai ke manca Negara. Ibu Lily Abdoerahman Sayoeti selaku Pembina Kesenian dan Pembina Dharma Wanita Provinsi Jambi pada waktu itu, tak henti-hentinya melaksanakan pembinaan di bidang produksi, permodalan dan pemasaran serta promosi untuk mengangkat citra batik Jambi.

D.  Jenis Batik

Ø  Batik Coletan
Di mana dalam suatu kain batik pewarnaan di sebagian tempat menggunakan sistem colet dengan kuas dan untuk pencelupan hanya sekali kecuali warna soga, warna-warna lain menggunakan colet.

Ø  Batik Kemodelan
Adalah batik-batik klasik baik itu dari Yogyakarta dan Solo, dibuat dengan komposisi baru dengan pewarnaan Pekalongan dan kelihatan modern. Hal ini sangat populer di zaman Soekarno untuk membuat batik Yogyakarta dan Solo untuk ditambahi warna.
Ø  Batik Osdekan

Dalam suatu kain batik akan timbul satu warna akan dibatik lagi terus ditimpa dengan warna lagi baik itu berupa warna tua, muda, atau warna lain. Hal ini membuat warna batik lebih hidup dan seperti ada bayang-bayang.

Ø  Batik Modern
Batik yang dalam prosesnya terutama dalam pewarnaan menggunakan sistem baru yang biasanya dalam pencelupan sekarang menggunakan sistem lain, baik berupa gradasi, urat kayu, maupun rintang broklat. Motif-motif ini adalah motif baru yang berhubungan dengan estetika. Komposisi gaya bebas batik ini populer di era tahun 1980-an.
Ø  Batik Kontemporer

Suatu batik yang tidak lazim kelihatan batik, tetapi masih menggunakan proses pembuatannya sama seperti membuat batik.



Ø  Batik Cap
Batik yang pembuatannya menggunakan alat berbentuk cap (stamp), baik itu proses coletan keliran.

Ø  Batik Tiga Negeri Pekalongan     
Seperti halnya batik-batik negeri lain di mana dalam satu kain terdapat warna merah biru soga yang semua dibuat di Pekalongan terkadang warna biru diganti ungu atau hijau.

Ø  Batik Sogan Pekalongan
Batik dengan proses dua kali di mana proses pertama latar warna putih kadang ada coletan, dan untuk proses kedua batik ditanahi penuh atau ornamen plataran berupa titik halus baru setelah itu disoga. Batik soga terlihat klasik.

Ø  Batik Tribusana

Merupakan batik gaya baru di mana cara pembuatan proses kedua diretas atau riningan dan kebanyakan motif-motifnya lung-lungan lajuran. Batik tribusana ini ada yang tahunan dan polos.

Ø  Batik Petani(Pangan)
Batik yang dibuat sebagai selingan ibu rumah tangga di rumah di kala tidak pergi ke sawah atau saat waktu senggang. Biasanya batik ini kasar dan kagok serta tidak halus. Motifnya turun temurun sesuai daerah masing-masing dan batik ini dikerjakan secara tidak profesional karena sebagai sambilan. Untuk pewarnaan pun diikutkan ke saudagar.
Ø  Batik Jawa Baru
Di produksi sesudah era batik jawa baru. Dalam batik Jawa baru motif dan warna yang ada pada era batik Jawa baru lebih disederhanakan, tetapi masih berciri khas pagi sore tanpa tumpal. Kebanyakan menggunakan motif rangkaian bunga dan lung-lungan.
Ø  Batik Jlamprang
Motif-motif jlamprang atau di Yogyakarta dengan nama nitik adalah salah satu batik yang cukup popular produksinya di daerah Pekalongan. Batik ini merupakan pengembangan dari motif kalin patola dari India yang berbentuk geometris kadang berbentuk bintang atau mata angin dan menggunakan ranting yang ujungnya berbentuk segi empat. Batik jlamprang ini diabadikan menjadi salah satu jalan di Pekalongan.
Ø  Batik Terang Bulan
Suatu desain batik di mana ornamennya hanya di bagian bawah saja baik itu berupa lung-lungan atau berupa ornamen pasung atasnya kosong atau berupa titik-titik. Batik terang bulan ini disebut juga gedong atau ram-raman.
Ø  Batik Cap Kombinasi
Batik kombinasi tulis sebenarnya batik cap di mana proses kedua atau sebelum disoga direntes atau dirining oleh pembatik tulis sehingga batik kelihatan seperti ditulis. Hal ini dilakukan untuk mempercepat produksi batik dan keseragaman.

Ø  Batik Rifaiyah
Batik jenis ini mendapat pengaruh Islam yang kuat. Dalam budaya Islam motif-motif yang berhubungan dengan benda bernyawa tidak boleh digambarkan sama persis sesuai aslinya. Sesuai hal itu corak dalam batik Rifaiyah terutama yang mengenai motif hewan terlihat kepalanya terpotong. Karena dalam ajaran Islam semua wujud binatang sembelihan yang dihalalkan harus dipotong kepalanya. Biasanya warga keturunan Arab memproduksi batik jenis ini.
Ø  Batik Pengaruh Kraton
Pembuat batik di Pekalongan sering membuat batik yang motifnya merupakan ciri khas dari batik Yogyakarta ataupun Surakarta. Motif gaya kraton yang biasanya dipakai yaitu semen, cuwiri, parang, dan lain-lain. Walaupun bermotif pengaruh kraton tetapi teknik pembuatan dan pewarnaannya dengan gaya Pekalongan, sehingga lebih unik dan menarik. Perlu diketahui bahwa gaya Pekalongan adalah gaya pesisiran jadi lebih bebas dan banyak mendapat berbagai pengaruh dari luar.

Ø  Batik Pecinan (Cina)
Bangsa Cina dikenal sebagai bangsa perantau. Mereka juga teguh dalam melestarikan adat budaya leluhurnya di tanah perantauan. Biasanya, di negeri perantauan mereka memadukan budaya mereka dengan budaya lokal sebagai bentuk akulturasi budaya.
Begitu pula yang terjadi di Indonesia, khususnya pada batik. Keturunan para perantau Cina di Indonesia, biasanya memproduksi batik untuk komunitas sendiri, kadang juga untuk kebutuhan pedagang. Batik produksi mereka yang disebut batik Pecinan.

Jenis batik ini memiliki kekhasan warnanya cukup variatif dan cerah. Dalam selembar kain banyak menampilkan bermacam warna. Motif yang digunakan banyak memasukkan unsur budaya Cina seperti motif burung ong (merak) dan naga. Pola batik pecinan lebih halus dan rumit. Zaman dahulu batik pecinan yang berbentuk sarung dipadukan dengan kebaya encim sebagai busana khas para wanita keturunan Cina di Indonesia.
Di Pekalongan yang terkenal memproduksi batik Pecinan salah satunya adalah Tan Tjie Hou.

Ø  Batik Belanda
Pada zaman penjajahan Belanda tentunya banyak warga yang tinggal dan menetap di Indonesia. Mereka ternyata tertarik juga dengan budaya lokal. Akulturasi juga terjadi, seperti halnya masyarakat keturunan Cina, warga keturunan Belanda banyak juga yang memproduksi batik.
Batik yang dihasilkan warga keturunan Belanda ini mempunyai ciri khas sendiri. Motif yang digunakan kebanyakan bunga-bunga yang banyak terdapat di Eropa, seperti tulip atau tokoh-tohok dongeng yang terkenal di sana. Batik model ini sangat disukai di Eropa. Tokoh yang terkenal membuat batik Belanda di Pekalongan yaitu Van Zuylen dan J. Jans. Karya-karya batik mereka sempat mendominasi di abad ke-20.

E. Warna Batik Jambi

                   Seperti halnya daerah lain di Indonesia yang memiliki kain khas, kota Jambi juga mempunyai kekayaan tekstil yang begitu indah berupa kain Batik Jambi. Tak bisa dipastikan kapan tepatnya Batik Jambi ditemukan. Pada masa Kesultanan Melayu Jambi, Batik Jambi sudah dibuat dengan motif khas fauna dan flora untuk keperluan keluarga dan lingkungan Kesultanan.

Saat itu, perdagangan dan produksi Batik Jambi masih terbatas. Batik Jambi merupakan hasil kerajinan yang tidak dapat dimiliki sembarang orang dan hanya dimiliki masyarakat yang mempunyai tingkat kehidupan sosial tinggi, misalnya kerabat kesultanan atau kaum bangsawan. Dengan berakhirnya Pemerintahan Kesultanan Jambi, produksi Batik Jambi menurun secara drastis.
Pembinaan dan pengembangan Batik Jambi dilakukan kembali secara insentif dan massal pada pembangunan Orba (Orde Baru). Tahun 1980-an, Batik Jambi masih banyak menggunakan warna khas Jambi, namun tahun 1990-an yang digunakan adalah warna-warna Pekalongan dan Cirebonan. Saat ini Batik Jambi kembali ke warna aslinya yang cerah dan berkarakter khas.
 Batik Jambi Motif Sungai Batanghari (http://news.palcomtech)
Jika dilihat dari segi geografis dan historis, Jambi merupakan daerah yang strategis dan merupakan jarak yang terpendek dalam hubungan dengan Tiongkok dan Selat Malaka. Jambi juga menjadi salah satu pusat perdagangan di Nusantara. Pedagang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Hubungan dagang ini turut mempengaruhi dalam bidang kebudayaan, termasuk motif Batik Jambi. Pengaruh kebudayaan Arab terlihat pada ragam hias kaligrafi serta pengaruh Cina lebih banyak pada bagian rumpal atau pinggiran kain.
Seiring berjalannya waktu, motif yang dipakai oleh para raja dan keluarganya saat ini tidak dilarang digunakan oleh rakyat biasa. Keadaan ini menambah pesatnya permintaan akan kain batik sehingga berkembanglah industri kecil rumah tangga yang mengelola batik secara sederhana. Motif Batik Jambi saat ini telah mengalami modifikasi atau pengembangan sesuai dengan selera pasar.
Kearifan lokal yang berupa keadaan geografis, kebudayaan, kepercayaan dan hasil seni sangat mempengaruhi motif, sehingga Batik Jambi sarat dengan estetika dan filosofi. Secara umum motif Batik Jambi merupakan satu kesatuan dari elemen-elemen yang terdiri atas titik, garis, bentuk warna dan tekstur. Kesatuan elemen tersebut, mewujudkan keindahan melalaui pengulangan, pusat perhatian, keseimbangan dan kekontrasan yang mengandung kebudayaan setempat, opini dan nilai-nilai filosofis.
Batik Jambi memiliki ciri khas yang unik dan eksotis. Baik dari segi warna maupun motifnya sediri. Sebagian besar pewarnaan batik Jambi diambil dari bahan-bahan alami yang ada di alam sekitar Jambi, yaitu campuran dari aneka ragam kayu dan tumbuh-tumbuhan, seperti getah kayu lambato, buah kayu bulian, daun pandan, kayu tinggi, kayu sepang, dan lain sebagainya.
Keunikan Batik Jambi terletak pada kesederhanaan bentuk motif dan pewarnaan yang khas, yaitu bentuk motif yang tidak berangkai (ceplok-ceplok) dan berdiri sendiri-sendiri. Pemberian nama pada motif batik Jambi, diberikan pada setiap satu bentuk motif, seperti Batang Hari, Bungo Pauh, Duren Pecah, Kapal Sanggat, Merak Ngeram, Tampok Manggis, Candi Muara Jambi, Kaca Piring, Puncung Rebung, Angso Duo Bersayap, dan lain sebagainya. Jadi bukan diberikan pada suatu rangkaian bentuk dari berbagai unsur atau elemen yang telah didesain sedemikian rupa yang telah menjadi satu kesatuan yang utuh kemudian baru diberi nama.
Dalam penerapannya tentu saja tidak monoton terdiri dari satu bentuk motif saja. Sehelai kain biasanya diterapkan beberapa bentuk motif pokok, dan diisi atau didampingi dengan bentuk motif lainnya. Motif2 isian itu adalah motif tabor titik, motif tabor bengkok, motif belah ketupat dan bentuk motif-motif isian lainnya. Batik Jambi juga kaya dengan aneka motif dengan warna cerah sebagai simbol keceriaan dan keriangan masyarakat Jambi.
Pertumbuhan dan perkembangan batik Jambi pada masa sekarang memberi dampak yang sangat baik bagi penambahan perbendaharaan motif Batik Jambi. Penggambaran motif merupakan representasi watak dan karakter masyarakat Melayu Jambi dengan tipikalnya yang sederhana, egaliter dan terbuka terhadap hal-hal lain di luarnya, walau cenderung lamban merespon perubahan. Motif utama pada Batik Jambi sangat sederhana, tidak rumit dan cenderung konvensional. Mencirikan watak asli masyarakat Melayu Jambi. Jika ada motif Batik Jambi yang rumit dan detailnya kompleks, maka bisa jadi itu merupakan motif pengembangan baru yang muncul pada dekade 80-an. Beberapa daerah penghasil Batik Jambi diantaranya: Kota Jambi, Batanghari, Soralangun, Merangin, Tebo dan Bungo.
 Batik Jambi Motif Durian Pecah (http://batikmentarijambi.blogspot.com) 

 Batik Jambi Motif Durian Pecah (http://batikmentarijambi.blogspot.com)

Tiap motif batik memiliki makna dan filosofi tertentu, misalnya motif Durian Pecah menggambarkan dua bagian kulit durian yang terbelah, tapi masih bertaut pada pangkal tangkainya. Dua belah kulit itu memiliki makna pada masing-masing bagiannya. Belahan pertama bermakna pondasi iman dan taqwa. Bagian satunya lagi lebih bernuansa ilmu pengetahuan dan tehnologi. Makna yang disimpulkan motif ini yaitu melaksanakan pekerjaan berlandaskan iman dan taqwa, serta ditopang oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi akan memberikan hasil yang baik bagi yang bersangkutan serta keluarga.
Bentuk motif Tampuk Manggis menggambarkan penampang buah manggis yang terbelah pada bagian tengahnya, menampakkan kulit luar, daging kulit, dan isi buah secara keseluruhan. Penggambaran ini berarti kebaikan budi pekerti, dan kehalusan hati seseorang tidak dapat dilihat dari kulit luar saja.
 
 Batik Jambi Motif Tampuk Manggis (http://batikmentarijambi.blogspot.com)

Motif Kapal Sanggat mengisyaratkan keharusan untuk berhati-hati dalam menjalankan sesuatu pekerjaan. Tidak boleh lalai dalam melaksanakan tugas, selalu waspada dan paham aturan. Karena kelalaian dalam pekerjaan akan menyebabkan musibah dan malapetaka bagi orang yang bersangkutan, sepert kapal nyanggat.
Batik Jambi masih perlu dikembangkan lagi, baik motif maupun industri batiknya sendiri. Batik tidak hanya sekedar selembar tekstil dengan motif dan proses tertentu, tetapi merupakan khasanah hasil seni budaya bangsa Indonesia. Hal lain yang juga sangat perlu diperhatikan sejalan dengan usaha untuk menembus pasar global adalah upaya agar motif batik Jambi mendapatkan pengesahan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) / Patent Rights baik secara Nasional maupun Internasional.
 Batik Jambi Motif Kapal Sanggat (Sumber: http://motifbatik.web.id)

Beberapa hasil Batik Jambi ternyata diproduksi di Jawa. Hal tersebut dilakukan karena ongkos produksi di Jawa lebih murah dari pada di Jambi. Para pengusaha Batik di Jambi sering mendapat pesanan dengan jumlah yang banyak, namun pengerjaan batik tidak mungkin dapat dipenuhi perajin Jambi yang jumlahnya hanya segelintir. Sehingga berinisiatif memesan batik ke Jawa (Solo, Yogya, Pekalongan). Hasilnya rapi, pekerjaan cepat selesai, dan harga jauh lebih murah. Harga batik buatan perajin Jambi cenderung lebih mahal dan motifnya dinilai kurang menarik. Itu disebabkan bahan baku masih didatangkan dari Jawa dan ongkos pekerja lebih mahal.
Peran Pemerintah sangat pentig dalam upaya pemberdayaan dan pembinaan kepada perajin lokal. Pembatik yang telah ada harus terus dibina dan Dinas terkait perlu mencetak perajin-perajin baru. Ini supaya ketika pesanan batik membeludak, industri yang ada telah siap, bukannya malah melempar pesanan ke luar daerah seperti yang terjadi sekarang ini.

Itu berarti, pemerintah perlu memberikan dukungan untuk mengangkat sektor industri batik di Jambi. Tidak hanya bantuan biaya, tetapi juga perlu ada pendampingan teknis melalui tenaga penyuluh yang harus dilakukan berkelanjutan, sampai industri batik di Jambi mencapai titik mapan sehingga tidak perlu lagi jauh-jauh memproduksikan Batik Jambi di Jawa.

F. PROSES MEMBUAT BATIK DAN PERLENGKAPANNYA
Dari dulu hingga sekarang, proses pembuatan batik tidak banyak mengalami perubahan. Kegiatan membatik merupakan salah satu kegiatan tradisional yang terus dipertahankan agar tetap konsisten seperti bagaimana asalnya. Walaupun motif dan corak batik di masa kini sudah beraneka ragam, proses pembuatan batik pada dasarnya masih sama. Berikut ini adalah uraian lebih detailnya:
1.      Perlengkapan Membatik
Perlengkapan membatik tidak banyak mengalami perubahan. Dilihat dari peralatan dan cara mengerjakannya, membatik dapat digolongkan sebagai suatu kerja yang bersifat tradisional.
a.       Gawangan

Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori sewaktu dibatik. Gawangan terbuat dari kayu atau bambu. Gawangan harus dibuat sedemikian rupa hingga kuat, ringan, dan mudah dipindah-pindah.
b.      Bandul
Bandul dibuat dari timah, kayu, atau batu yang dimasukkan ke dalam kantong. Fungsi pokok bandul adalah untuk menahan agar mori yang baru dibatik tidak mudah tergeser saat tertiup angin atau tertarik oleh si pembatik secara tidak sengaja.

c.       Wajan

Wajan adalah perkakas utuk mencairkan malam. Wajan dibuat dari logam baja atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa menggunakan alat lain.

d.      Kompor
Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor yang biasa digunakan adalah kompor berbahan bakar minyak. Namun terkadang kompor ini bisa diganti dengan kompor gas kecil, anglo yang menggunakan arang, dan lain-lain. Kompor ini berfungsi sebagai perapian dan pemanas bahan-bahan yang digunakan untuk membatik.

e.       Taplak
Taplak adalah kain untuk menutup paha si pembatik agar tidak terkena tetesan malam panas sewaktu canting ditiup atau waktu membatik.
           
f.       Saringan Malam
Saringan adalah alat untuk menyaring malam panas yang memiliki banyak kotoran. Jika malam tidak disaring, kotoran dapat mengganggu aliran malam pada ujung canting. Sedangkan bila malam disaring, kotoran dapat dibuang sehingga tidak mengganggu jalannya malam pada ujung canting sewaktu digunakan untuk membatik.
Ada bermacam-macam bentuk saringan, semakin halus semakin baik karena kotoran akan semakin banyak tertinggal. Dengan demikian, malam panas akan semakin bersih dari kotoran saat digunakan untuk membatik.





g.      Canting
Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan, terbuat dari tembaga dan bambu sebagai pegangannya. Canting ini dipakai untuk menuliskan pola batik dengan cairan malam. Saat ini, canting perlahan menggunakan bahan teflon.
h.      Mori


Mori adalah bahan baku batik yang terbuat dari katun. Kualitas mori bermacam-macam dan jenisnya sangat menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan. Mori yang dibutuhkan disesuaikan dengan panjang pendeknya kain yang diinginkan.
Tidak ada ukuran pasti dari panjang kain mori karena biasanya kain tersebut diukur secara tradisional. Ukuran tradisional tersebut dinamakan kacu. Kacu adalah sapu tangan, biasanya berbentuk bujur sangkar.

Jadi, yang disebut sekacu adalah ukuran persegi mori, diambil dari ukuran lebar mori tersebut. Oleh karena itu, panjang sekacu dari suatu jenis mori akan berbeda dengan panjang sekacu dari mori jenis lain.
Namun di masa kini, ukuran tersebut jarang digunakan. Orang lebih mudah menggunakan ukuran meter persegi untuk menentukan panjang dan lebar kain mori. Ukuran ini sudah berlaku secara nasional dan akhirnya memudahkan konsumen saat membeli kain batik. Cara ini dapat mengurangi kesalahpahaman dan digunakan untuk menyamakan persepsi di dalam sistem perdagangan.
i.        Malam (Lilin)
Malam (lilin) adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Sebenarnya malam tidak habis (hilang) karena pada akhirnya malam akan diambil kembali pada proses mbabar, proses pengerjaan dari membatik sampai batikan menjadi kain. Malam yang dipergunakan untuk membatik berbeda dengan malam (lilin) biasa. Malam untuk membatik bersifat cepat diserap kain, tetapi dapat dengan mudah lepas ketika proses pelorodan.
j.        Dhingklik (Tempat Duduk)

Dhingklik (tempat duduk) adalah tempat untuk duduk pembatik. Biasanya terbuat dari bambu, kayu, plastik, atau besi. Saat ini, tempat duduk dapat dengan mudah dibeli di toko-toko.

k.      Pewarna Alami
Pewarna alami adalah pewarna yang digunakan untuk membatik. Pada beberapa tempat pembatikan, pewarna alami ini masih dipertahankan, terutama kalau mereka ingin mendapatkan warna-warna yang khas, yang tidak dapat diperoleh dari warna-warna buatan. Segala sesuatu yang alami memang istimewa, dan teknologi yang canggih pun tidak bisa menyamai sesuatu yang alami.
Itulah jenis perlengkapan membatik yang harus ada. Proses membatik memerlukan waktu yang cukup lama, terlebih kalau kain yang dibatik sangat luas dan coraknya cukup rumit.

2.      Proses Membatik
Di masa kini, pengusaha batik juga menyediakan pendidikan batik kilat pada anak-anak sekolah dan masyarakat umum. Yang diajarkan adalah tata cara membatik dengan benar, dan biasanya menggunakan kain selebar saputangan sebagai percobaan. Dengan demikian, proses membatik itu dapat dikerjakan hanya dalam beberapa jam dan biaya yang diperlukan pun sangat kecil. Tradisi ini sangat bagus untuk memperkenalkan proses membatik kepada masyarakat, terutama generasi muda.
Berikut ini adalah proses membatik yang berurutan dari awal hingga akhir. Penamaan atau penyebutan cara kerja di tiap daerah pembatikan bisa berbeda-beda, tetapi inti yang dikerjakannya adalah sama.




a.       Ngemplong
Ngemplong merupakan tahap paling awal atau pendahuluan, diawali dengan mencuci kain mori. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kanji. Kemudian dilanjutkan dengan pengeloyoran, yaitu memasukkan kain mori ke minyak jarak atau minyak kacang yang sudah ada di dalam abu merang. Kain mori dimasukkan ke dalam minyak jarak agar kain menjadi lemas, sehingga daya serap terhadap zat warna lebih tinggi.
Setelah melalui proses di atas, kain diberi kanji dan dijemur. Selanjutnya, dilakukan proses pengemplongan, yaitu kain mori dipalu untuk menghaluskan lapisan kain agar mudah dibatik.
b.      Mbathik
Nyorek atau memola adalah proses menjiplak atau membuat pola di atas kain mori dengan cara meniru pola motif yang sudah ada, atau biasa disebut dengan ngeblat. Pola biasanya dibuat di atas kertas roti terlebih dahulu, baru dijiplak sesuai pola di atas kain mori. Tahapan ini dapat dilakukan secara langsung di atas kain atau menjiplaknya dengan menggunakan pensil atau canting.
Namun agar proses pewarnaan bisa berhasil dengan baik, tidak pecah, dan sempurna, maka proses batikannya perlu diulang pada sisi kain di baliknya. Proses ini disebut ganggang.
Mbathik merupakan tahap berikutnya, dengan cara menorehkan malam batik ke kain mori, dimulai dari nglowong (menggambar garis-garis di luar pola) dan isen-isen (mengisi pola dengan berbagai macam bentuk). Di dalam proses isen-isen terdapat istilah nyecek, yaitu membuat isian dalam pola yang sudah dibuat dengan cara memberi titik-titik (nitik). Ada pula istilah nruntum, yang hampir sama dengan isen-isen, tetapi lebih rumit.
c.       Nembok

Nembok adalah proses menutupi bagian-bagian yang tidak boleh terkena warna dasar, dalam hal ini warna biru, dengan menggunakan malam. Bagian tersebut ditutup dengan lapisan malam yang tebal seolah-olah merupakan tembok penahan.
d.      Medel
Medel adalah proses pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara berulang-ulang sehingga mendapatkan warna yang diinginkan.
e.       Ngerok dan Mbirah
Pada proses ini, malam pada kain dikerok secara hati-hati dengan menggunakan lempengan logam, kemudian kain dibilas dengan air bersih. Setelah itu, kain diangin-anginkan.
f.       Mbironi
Mbironi adalah menutupi warna biru dan isen-isen pola yang berupa cecek atau titik dengan menggunakan malam. Selain itu, ada juga proses ngrining, yaitu proses mengisi bagian yang belum diwarnai dengan motif tertentu. Biasanya, ngrining dilakukan setelah proses pewarnaan dilakukan.






g.      Menyoga

Menyoga berasal dari kata soga, yaitu sejenis kayu yang digunakan untuk mendapatkan warna cokelat. Adapun caranya adalah dengan mencelupkan kain ke dalam campuran warna cokelat tersebut.
h.      Nglorod
Nglorod merupakan tahapan akhir dalam proses pembuatan sehelai kain batik tulis maupun batik cap yang menggunakan perintang warna (malam). Dalam tahap ini, pembatik melepaskan seluruh malam (lilin) dengan cara memasukkan kain yang sudah cukup tua warnanya ke dalam air mendidih. Setelah diangkat, kain dibilas dengan air bersih dan kemudian diangin-arginkan hingga kering. Proses membuat batik memang cukup lama. Proses awal hingga proses akhir bisa melibatkan beberapa orang, dan penyelesaian suatu tahapan proses juga memakan waktu. Oleh karena itu, sangatlah wajar jika kain batik tulis berharga cukup tinggi.





Batik

DISUSUN
O
L
E
H

WULAN SARI PUSPITA NINGRUM
KELAS X IPA 2
SMA N 2 KOTA JAMBI
TAHUN AJARAN 2013/2014

1 komentar:

  1. If you're trying to burn fat then you need to start using this brand new custom keto meal plan diet.

    To produce this keto diet, licensed nutritionists, fitness trainers, and chefs have united to develop keto meal plans that are useful, convenient, price-efficient, and delightful.

    Since their first launch in early 2019, 100's of individuals have already remodeled their figure and well-being with the benefits a great keto meal plan diet can provide.

    Speaking of benefits: clicking this link, you'll discover eight scientifically-tested ones offered by the keto meal plan diet.

    BalasHapus