Batik
A.
Sejarah Batik Indonesia
Batik Indonesia menjadi semakin terkenal
setelah memperoleh pengakuan dari United Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization (UNESCO) atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan
Kebudayaan PBB yang memutuskan batik Indonesia sebagai warisan pusaka dunia.
Pengakuan yang diberikan pada 2 Oktober 2009 lalu menjadi tonggak penting untuk
eksistensi batik di dunia internasional. Dalam rentang waktu sangat panjang
batik hadir di bumi Nusantara. Batik sudah ada sejak zaman nenek moyang Indonesia.
Kata batik berasal dari gabungan dua kata
bahasa Jawa: amba, yang bermakna 'menulis' dan titik, yang bermakna
'titik'. Walaupun kata batik berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa
sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa teknik membatik
kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilanka pada abad ke-6 atau ke-7. Di
sisi lain, J.L.A. Brandes, arkeolog Belanda, dan F.A. Sutjipto, sejarawan
Indonesia, percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja,
Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah
area yang dipengaruhi oleh Hinduisme, tetapi diketahui memiliki tradisi kuno
membuat batik.
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa
pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur.
Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan
alat canting sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa
sekitar itu. Adapun detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh
Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan Buddhis dari Jawa Timur abad ke-13.
Detil pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang
mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini
menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan
canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.
Sementara pada legenda dalam literatur Melayu
abad ke-17, Sulalatus Salatin, menceritakan Laksamana Hang Nadim yang
diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140
lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena
tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun
sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan dia hanya mampu membawa
empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. Kemudian keempat lembar kain
tersebut ditafsirkan sebagai batik.
Dalam literatur Eropa, teknik batik pertama
kali diceritakan dalam buku History of Java, London, 1817 tulisan Sir
Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa
Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda, Van
Rijekevorsel, memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke
Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19. Saat itulah
batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition
Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan
seniman.
Kemudian sejak industrialisasi dan
globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul,
dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, Adapun pada batik tradisional yang
diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut
batik tulis. Hugh Clifford merekam industri membatik ini hingga menghasilkan
kain pelangi dan kain telepok.
Pada akhirnya batik merupakan kerajinan yang
memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia,
khususnya Jawa. Sejak masa lampau, para perempuan menjadikan keterampilan
mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian. Sehingga pada masa lalu
pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan. Hingga ditemukannya
"Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke bidang ini.
Kemudian terjadi fenomena batik pesisir yang memiliki garis maskulin hingga
bisa terlihat pada corak "Mega Mendung". Bagi masyarakat di daerah
pesisir ini, pekerjaan membatik merupakan sebuah kelaziman bagi kaum lelaki.
Berbicara tradisi membatik, pada mulanya batik
merupakan tradisi yang turun-temurun dari masyarakat Jawa. Boleh jadi,
terkadang untuk suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga
tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan
sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga Keraton
Yogyakarta dan Surakarta. Adapun batik Cirebon bermotif mahluk laut dan
pengaruh Tionghoa.
Dalam sejarah Indonesia, batik kemudian
menjadi busana yang dikenakan oleh para tokoh, mulai dari masa sebelum
kemerdekaan hingga sekarang. Di awal tahun 80-an, dalam diplomasi ke luar
negeri, Presiden Soeharto mengatakan batik sebagai warisan nenek moyang
Indonesia, terutama masyarakat Jawa yang hingga kini dikenakan oleh berbagai
kalangan dan usia. Dengan pengakuan UNESCO dan ditetapkannya Hari Batik Nasional
pada 2 Oktober semakin menempatkan batik tak hanya budaya Indonesia, tapi jati
diri dan indentitas bangsa.
B.
Sejarah Batik Jambi
Ditinjau dari segi geografi dan sejarah, Jambi merupakan daerah yang
strategis dan merupakan jarak yang terpendek dalam hubungan dengan tiongkok dan
Selat Malaka. Dari berita2 yang ditulis oleh pedagang dan musyafir cina,
seperti It Ching tahun 671 yang mengadakan perjalanan dari Kanton menuju ke
Melayu dengan menumpang kapal Sriwijaya.kesimpulany pada periode melayu kuno
dan Sriwijaya masyarakat yang berdiam di wilayah Jambi telah berhubungan aktif
dengan bebagai bangsa. Hasil hubungan ini tentu akan menghasilkan pengaruh pula
dalam bidang kebudayaan, termasuk ragam hias batik.
Di Cina pada zaman Dinasti Tang, Bangkok dan Turkestan Timur telah
ditemukan desain batik yang pada umumnya bermotif geometris serta adanya batik
India Selatan yang dipasarkan di Malaya pada abad 17 s.d 19 M, telah turut
memberikan pengaruh pada ragam hias batik Jambi karen pengaruh kebudayaan tersebut.
Tidak dapat ditentukan sejak kapan pastinya batik jambi
ditemukan, yang jelas batik jambi pada masa kerajaan melayu telah membatik
dengan motif khas fauna dan flora untuk keperluan keluarga dan lingkungan
kerajaan. jambi juga menjadi pisat pertukatran barang dagangan dari sluruh
nusantara, di samping menjalin dagang dengan indramayu, cirebon, lasem, tuban,
madura dan lain-lain di kota jawa, sudah sejak lama mennjalin hubungan dagang
dengan arab, cina, India, eropa dan negeri asia tenggara melaluia pedagangan
mereka. Hubungan dagang ini turut mempengaruhi ornament2 batik jambi dan
pengaruh kebudayaan arab terlihat pada ragam hias kaligrafi serta pengaruh cina
lebih banyak pada bagian rumpal atau pinggiran kain.
Ragam hias batik jambi ditentukan factor estetika
dan filosofis yang digali dan diperkaya dari muatan local yang berupa keadaan
geografis, kebudayaan, kepercayaan dan hasil seni juga kerajinan.
Secara umum ragam hias batik jambi merupakan
satu kesatuan dari elemen-elemen yang terdiri atas titik, garis, bentuk warna
dan tekstur. Kesatuan elemen tersebut, mewujudkan keindahan melalaui
pengulanagan, pusat perhatian, keseimbangan dan kekontrasan yang emmiliki bobot
kultur setempat, opini dan nilai-nilai filosofis.
C. Perkembangan
Batik Jambi
Produksi batik Jambi dan perdagangannya secara terbatas sudah dimulai
sejak masa Kesultanan. Dimana Di masa ini batik Jambi merupakan hasil karya
seni yang tidak dapat dimiliki oleh sembarang orang. Batik Jambi di konsumsi
hanya oleh masyarakat yang mempunyai tingkat kehidupan sosial yang tinggi,
misalnya kerabat kerajaan atau kaum bangsawan. Dengan berakhirnya masa
kesultanan Jambi, kebutuhan akan batik Jambi menurun secara drastis, sehingga
jarang ditemukan ada pengrajin batik Jambi. kalaupun ada, pengrajin itu sudah
tua.
Pada zaman
penjajahan Belanda, berita tentang batik Jambi marak kembali dengan munculnya
berbagai artikel yang ditulis oleh penulis berkebangsaan Belanda. Salah satunya
adalah B.M. Gosligs yang dalam artikelnya mengatakan bahwa atas persetujuan Prof.
Vam Eerde dia meminta residen Jambi Tuan H.E.K. Ezermenn untuk meneliti batik
Jambi. Sekitar bulan oktober 1928 datang tanggapan dari Ezernann, bahwa di
dusun Tengah pada waktu itu memang sesungguhnya ada pengrajin batik dan
menghasilkan karya-karya seni batik yang Indah. (B.M Goslings halaman 1411)
Dari keterangan di atas, sejak zaman Kesultanan, zaman
Belanda, zaman Kemerdekaan di Jambi memang terdapat seni
batik, walaupun produksi dan pemakaiannya masih terbatas. Setelah zaman orde
baru terutama sejak tahun 80-an hingga sekarang, perkembangan batik Jambi
sangat pesat sekali. Pembinaan terhadap sanggar2 batik, dilakukan secara
intensif dan massal. Pemakaian batik Jambi tidak lagi terbatas pada
kalangan-kalangan tertentu tetapi sudah memiliki kebebasan. Batik Jambi menjadi
milik masyarakat dan kebanggaan bangsa Indonesia dan dikenal bukan hanya di
Indonesia tetapi sampai ke manca Negara. Ibu Lily Abdoerahman Sayoeti selaku
Pembina Kesenian dan Pembina Dharma Wanita Provinsi Jambi pada waktu itu, tak henti-hentinya
melaksanakan pembinaan di bidang produksi, permodalan dan pemasaran serta
promosi untuk mengangkat citra batik Jambi.
D.
Jenis Batik
Ø Batik Coletan
Di mana dalam suatu kain batik pewarnaan di sebagian tempat
menggunakan sistem colet dengan kuas dan untuk pencelupan hanya sekali kecuali
warna soga, warna-warna lain menggunakan colet.
Ø Batik Kemodelan
Adalah batik-batik
klasik baik itu dari Yogyakarta dan Solo, dibuat dengan komposisi baru dengan
pewarnaan Pekalongan dan kelihatan modern. Hal ini sangat populer di zaman
Soekarno untuk membuat batik Yogyakarta dan Solo untuk ditambahi warna.
Ø Batik Osdekan
Dalam suatu kain batik akan timbul satu warna akan dibatik lagi terus
ditimpa dengan warna lagi baik itu berupa warna tua, muda, atau warna lain. Hal
ini membuat warna batik lebih hidup dan seperti ada bayang-bayang.
Ø Batik Modern
Batik yang dalam
prosesnya terutama dalam pewarnaan menggunakan sistem baru yang biasanya dalam
pencelupan sekarang menggunakan sistem lain, baik berupa gradasi, urat kayu,
maupun rintang broklat. Motif-motif ini adalah motif baru yang berhubungan
dengan estetika. Komposisi gaya bebas batik ini populer di era tahun 1980-an.
Ø Batik Kontemporer
Suatu batik yang tidak lazim kelihatan batik, tetapi masih menggunakan
proses pembuatannya sama seperti membuat batik.
Ø Batik Cap
Batik yang pembuatannya menggunakan alat berbentuk cap (stamp), baik
itu proses coletan keliran.
Ø Batik Tiga Negeri Pekalongan
Seperti halnya batik-batik negeri lain di mana dalam satu kain
terdapat warna merah biru soga yang semua dibuat di Pekalongan terkadang warna
biru diganti ungu atau hijau.
Ø Batik Sogan Pekalongan
Batik dengan proses dua kali di mana proses pertama latar warna putih
kadang ada coletan, dan untuk proses kedua batik ditanahi penuh atau ornamen
plataran berupa titik halus baru setelah itu disoga. Batik soga terlihat
klasik.
Ø Batik Tribusana
Merupakan batik gaya baru di mana cara pembuatan proses kedua diretas
atau riningan dan kebanyakan motif-motifnya lung-lungan lajuran. Batik
tribusana ini ada yang tahunan dan polos.
Ø Batik Petani(Pangan)
Batik yang dibuat
sebagai selingan ibu rumah tangga di rumah di kala tidak pergi ke sawah atau
saat waktu senggang. Biasanya batik ini kasar dan kagok serta tidak halus.
Motifnya turun temurun sesuai daerah masing-masing dan batik ini dikerjakan
secara tidak profesional karena sebagai sambilan. Untuk pewarnaan pun diikutkan
ke saudagar.
Ø Batik Jawa Baru
Di produksi sesudah
era batik jawa baru. Dalam batik Jawa baru motif dan warna yang ada pada era
batik Jawa baru lebih disederhanakan, tetapi masih berciri khas pagi sore tanpa
tumpal. Kebanyakan menggunakan motif rangkaian bunga dan lung-lungan.
Ø Batik Jlamprang
Motif-motif
jlamprang atau di Yogyakarta dengan nama nitik adalah salah satu batik yang
cukup popular produksinya di daerah Pekalongan. Batik ini merupakan
pengembangan dari motif kalin patola dari India yang berbentuk geometris kadang
berbentuk bintang atau mata angin dan menggunakan ranting yang ujungnya
berbentuk segi empat. Batik jlamprang ini diabadikan menjadi salah satu jalan
di Pekalongan.
Ø Batik Terang Bulan
Suatu desain batik
di mana ornamennya hanya di bagian bawah saja baik itu berupa lung-lungan atau
berupa ornamen pasung atasnya kosong atau berupa titik-titik. Batik terang
bulan ini disebut juga gedong atau ram-raman.
Ø Batik Cap Kombinasi
Batik kombinasi tulis sebenarnya batik cap di mana proses kedua atau
sebelum disoga direntes atau dirining oleh pembatik tulis sehingga batik
kelihatan seperti ditulis. Hal ini dilakukan untuk mempercepat produksi batik
dan keseragaman.
Ø Batik Rifa’iyah
Batik jenis ini
mendapat pengaruh Islam yang kuat. Dalam budaya Islam motif-motif yang
berhubungan dengan benda bernyawa tidak boleh digambarkan sama persis sesuai
aslinya. Sesuai hal itu corak dalam batik Rifa’iyah terutama yang mengenai motif hewan
terlihat kepalanya terpotong. Karena dalam ajaran Islam semua wujud binatang
sembelihan yang dihalalkan harus dipotong kepalanya. Biasanya warga keturunan
Arab memproduksi batik jenis ini.
Ø Batik Pengaruh Kraton
Pembuat batik di Pekalongan sering membuat batik yang motifnya
merupakan ciri khas dari batik Yogyakarta ataupun Surakarta. Motif gaya kraton
yang biasanya dipakai yaitu semen, cuwiri, parang, dan lain-lain. Walaupun
bermotif pengaruh kraton tetapi teknik pembuatan dan pewarnaannya dengan gaya
Pekalongan, sehingga lebih unik dan menarik. Perlu diketahui bahwa gaya
Pekalongan adalah gaya pesisiran jadi lebih bebas dan banyak mendapat berbagai
pengaruh dari luar.
Ø Batik Pecinan (Cina)
Bangsa Cina dikenal
sebagai bangsa perantau. Mereka juga teguh dalam melestarikan adat budaya
leluhurnya di tanah perantauan. Biasanya, di negeri perantauan mereka memadukan
budaya mereka dengan budaya lokal sebagai bentuk akulturasi budaya.
Begitu pula yang terjadi di Indonesia,
khususnya pada batik. Keturunan para perantau Cina di Indonesia, biasanya
memproduksi batik untuk komunitas sendiri, kadang juga untuk kebutuhan
pedagang. Batik produksi mereka yang disebut batik Pecinan.
Jenis batik ini memiliki kekhasan warnanya
cukup variatif dan cerah. Dalam selembar kain banyak menampilkan bermacam
warna. Motif yang digunakan banyak memasukkan unsur budaya Cina seperti motif
burung ong (merak) dan naga. Pola batik pecinan lebih halus dan rumit. Zaman
dahulu batik pecinan yang berbentuk sarung dipadukan dengan kebaya encim
sebagai busana khas para wanita keturunan Cina di Indonesia.
Di Pekalongan yang terkenal memproduksi batik
Pecinan salah satunya adalah Tan Tjie Hou.
Ø Batik Belanda
Pada zaman
penjajahan Belanda tentunya banyak warga yang tinggal dan menetap di Indonesia.
Mereka ternyata tertarik juga dengan budaya lokal. Akulturasi juga terjadi,
seperti halnya masyarakat keturunan Cina, warga keturunan Belanda banyak juga
yang memproduksi batik.
Batik yang dihasilkan warga keturunan Belanda ini mempunyai ciri khas
sendiri. Motif yang digunakan kebanyakan bunga-bunga yang banyak terdapat di
Eropa, seperti tulip atau tokoh-tohok dongeng yang terkenal di sana. Batik
model ini sangat disukai di Eropa. Tokoh yang terkenal membuat batik Belanda di
Pekalongan yaitu Van Zuylen dan J. Jans. Karya-karya batik mereka sempat
mendominasi di abad ke-20.
E. Warna Batik Jambi
Seperti halnya daerah lain di Indonesia yang memiliki kain khas, kota
Jambi juga mempunyai kekayaan tekstil yang begitu indah berupa kain Batik
Jambi. Tak bisa dipastikan kapan tepatnya Batik Jambi ditemukan. Pada masa
Kesultanan Melayu Jambi, Batik Jambi sudah dibuat dengan motif khas fauna dan
flora untuk keperluan keluarga dan lingkungan Kesultanan.
Saat itu, perdagangan dan produksi Batik Jambi
masih terbatas. Batik Jambi merupakan hasil kerajinan yang tidak dapat dimiliki
sembarang orang dan hanya dimiliki masyarakat yang mempunyai tingkat kehidupan
sosial tinggi, misalnya kerabat kesultanan atau kaum bangsawan. Dengan
berakhirnya Pemerintahan Kesultanan Jambi, produksi Batik Jambi menurun secara
drastis.
Pembinaan dan pengembangan Batik Jambi
dilakukan kembali secara insentif dan massal pada pembangunan Orba (Orde Baru).
Tahun 1980-an, Batik Jambi masih banyak menggunakan warna khas Jambi, namun
tahun 1990-an yang digunakan adalah warna-warna Pekalongan dan Cirebonan. Saat
ini Batik Jambi kembali ke warna aslinya yang cerah dan berkarakter khas.
Batik
Jambi Motif Sungai Batanghari (http://news.palcomtech)
Jika dilihat dari segi geografis dan historis,
Jambi merupakan daerah yang strategis dan merupakan jarak yang terpendek dalam
hubungan dengan Tiongkok dan Selat Malaka. Jambi juga menjadi salah satu pusat
perdagangan di Nusantara. Pedagang berasal dari dalam negeri maupun luar
negeri. Hubungan dagang ini turut mempengaruhi dalam bidang kebudayaan,
termasuk motif Batik Jambi. Pengaruh kebudayaan Arab terlihat pada ragam hias
kaligrafi serta pengaruh Cina lebih banyak pada bagian rumpal atau pinggiran
kain.
Seiring berjalannya waktu, motif yang dipakai
oleh para raja dan keluarganya saat ini tidak dilarang digunakan oleh rakyat
biasa. Keadaan ini menambah pesatnya permintaan akan kain batik sehingga
berkembanglah industri kecil rumah tangga yang mengelola batik secara
sederhana. Motif Batik Jambi saat ini telah mengalami modifikasi atau
pengembangan sesuai dengan selera pasar.
Kearifan lokal yang berupa keadaan geografis,
kebudayaan, kepercayaan dan hasil seni sangat mempengaruhi motif, sehingga
Batik Jambi sarat dengan estetika dan filosofi. Secara umum motif Batik Jambi
merupakan satu kesatuan dari elemen-elemen yang terdiri atas titik, garis,
bentuk warna dan tekstur. Kesatuan elemen tersebut, mewujudkan keindahan
melalaui pengulangan, pusat perhatian, keseimbangan dan kekontrasan yang
mengandung kebudayaan setempat, opini dan nilai-nilai filosofis.
Batik Jambi memiliki ciri khas yang unik dan
eksotis. Baik dari segi warna maupun motifnya sediri. Sebagian besar pewarnaan
batik Jambi diambil dari bahan-bahan alami yang ada di alam sekitar Jambi,
yaitu campuran dari aneka ragam kayu dan tumbuh-tumbuhan, seperti getah kayu
lambato, buah kayu bulian, daun pandan, kayu tinggi, kayu
sepang, dan lain sebagainya.
Keunikan Batik Jambi terletak pada
kesederhanaan bentuk motif dan pewarnaan yang khas, yaitu bentuk motif yang
tidak berangkai (ceplok-ceplok) dan berdiri sendiri-sendiri. Pemberian nama
pada motif batik Jambi, diberikan pada setiap satu bentuk motif, seperti Batang
Hari, Bungo Pauh, Duren Pecah, Kapal Sanggat, Merak Ngeram, Tampok Manggis,
Candi Muara Jambi, Kaca Piring, Puncung Rebung, Angso Duo Bersayap, dan lain
sebagainya. Jadi bukan diberikan pada suatu rangkaian bentuk dari berbagai
unsur atau elemen yang telah didesain sedemikian rupa yang telah menjadi satu
kesatuan yang utuh kemudian baru diberi nama.
Dalam penerapannya tentu saja tidak monoton
terdiri dari satu bentuk motif saja. Sehelai kain biasanya diterapkan beberapa
bentuk motif pokok, dan diisi atau didampingi dengan bentuk motif lainnya.
Motif2 isian itu adalah motif tabor titik, motif tabor bengkok, motif belah
ketupat dan bentuk motif-motif isian lainnya. Batik Jambi juga kaya dengan
aneka motif dengan warna cerah sebagai simbol keceriaan dan keriangan
masyarakat Jambi.
Pertumbuhan dan perkembangan batik Jambi pada
masa sekarang memberi dampak yang sangat baik bagi penambahan perbendaharaan
motif Batik Jambi. Penggambaran motif merupakan representasi watak dan karakter
masyarakat Melayu Jambi dengan tipikalnya yang sederhana, egaliter dan terbuka
terhadap hal-hal lain di luarnya, walau cenderung lamban merespon perubahan.
Motif utama pada Batik Jambi sangat sederhana, tidak rumit dan cenderung
konvensional. Mencirikan watak asli masyarakat Melayu Jambi. Jika ada motif
Batik Jambi yang rumit dan detailnya kompleks, maka bisa jadi itu merupakan
motif pengembangan baru yang muncul pada dekade 80-an. Beberapa daerah penghasil
Batik Jambi diantaranya: Kota Jambi, Batanghari, Soralangun, Merangin, Tebo dan
Bungo.
Batik
Jambi Motif Durian Pecah (http://batikmentarijambi.blogspot.com)
Tiap motif batik memiliki makna dan filosofi
tertentu, misalnya motif Durian Pecah menggambarkan dua bagian kulit durian
yang terbelah, tapi masih bertaut pada pangkal tangkainya. Dua belah kulit itu
memiliki makna pada masing-masing bagiannya. Belahan pertama bermakna pondasi
iman dan taqwa. Bagian satunya lagi lebih bernuansa ilmu pengetahuan dan
tehnologi. Makna yang disimpulkan motif ini yaitu melaksanakan pekerjaan
berlandaskan iman dan taqwa, serta ditopang oleh penguasaan ilmu pengetahuan
dan tehnologi akan memberikan hasil yang baik bagi yang bersangkutan serta
keluarga.
Bentuk motif Tampuk Manggis menggambarkan
penampang buah manggis yang terbelah pada bagian tengahnya, menampakkan kulit
luar, daging kulit, dan isi buah secara keseluruhan. Penggambaran ini berarti
kebaikan budi pekerti, dan kehalusan hati seseorang tidak dapat dilihat dari
kulit luar saja.
Batik
Jambi Motif Tampuk Manggis (http://batikmentarijambi.blogspot.com)
Motif Kapal Sanggat mengisyaratkan keharusan
untuk berhati-hati dalam menjalankan sesuatu pekerjaan. Tidak boleh lalai dalam
melaksanakan tugas, selalu waspada dan paham aturan. Karena kelalaian dalam
pekerjaan akan menyebabkan musibah dan malapetaka bagi orang yang bersangkutan,
sepert kapal nyanggat.
Batik Jambi masih perlu dikembangkan lagi,
baik motif maupun industri batiknya sendiri. Batik tidak hanya sekedar selembar
tekstil dengan motif dan proses tertentu, tetapi merupakan khasanah hasil seni
budaya bangsa Indonesia. Hal lain yang juga sangat perlu diperhatikan sejalan
dengan usaha untuk menembus pasar global adalah upaya agar motif batik Jambi
mendapatkan pengesahan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) / Patent Rights
baik secara Nasional maupun Internasional.
Batik
Jambi Motif Kapal Sanggat (Sumber: http://motifbatik.web.id)
Beberapa hasil Batik Jambi ternyata diproduksi
di Jawa. Hal tersebut dilakukan karena ongkos produksi di Jawa lebih murah dari
pada di Jambi. Para pengusaha Batik di Jambi sering mendapat pesanan dengan jumlah
yang banyak, namun pengerjaan batik tidak mungkin dapat dipenuhi perajin Jambi
yang jumlahnya hanya segelintir. Sehingga berinisiatif memesan batik ke Jawa
(Solo, Yogya, Pekalongan). Hasilnya rapi, pekerjaan cepat selesai, dan harga
jauh lebih murah. Harga batik buatan perajin Jambi cenderung lebih mahal dan
motifnya dinilai kurang menarik. Itu disebabkan bahan baku masih didatangkan
dari Jawa dan ongkos pekerja lebih mahal.
Peran Pemerintah sangat pentig dalam upaya
pemberdayaan dan pembinaan kepada perajin lokal. Pembatik yang telah ada harus
terus dibina dan Dinas terkait perlu mencetak perajin-perajin baru. Ini supaya
ketika pesanan batik membeludak, industri yang ada telah siap, bukannya malah
melempar pesanan ke luar daerah seperti yang terjadi sekarang ini.
Itu berarti, pemerintah perlu memberikan
dukungan untuk mengangkat sektor industri batik di Jambi. Tidak hanya bantuan
biaya, tetapi juga perlu ada pendampingan teknis melalui tenaga penyuluh yang
harus dilakukan berkelanjutan, sampai industri batik di Jambi mencapai titik
mapan sehingga tidak perlu lagi jauh-jauh memproduksikan Batik Jambi di Jawa.
F. PROSES
MEMBUAT BATIK DAN PERLENGKAPANNYA
Dari
dulu hingga sekarang, proses pembuatan batik tidak banyak mengalami
perubahan. Kegiatan membatik merupakan salah satu kegiatan tradisional yang
terus dipertahankan agar tetap konsisten seperti bagaimana asalnya. Walaupun
motif dan corak batik di masa kini sudah beraneka ragam, proses pembuatan batik
pada dasarnya masih sama. Berikut ini adalah uraian lebih detailnya:
1.
Perlengkapan Membatik
Perlengkapan
membatik tidak banyak mengalami perubahan. Dilihat dari peralatan dan cara
mengerjakannya, membatik dapat digolongkan sebagai suatu kerja yang bersifat
tradisional.
a.
Gawangan
Gawangan
adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori sewaktu dibatik.
Gawangan terbuat dari kayu atau bambu. Gawangan harus dibuat sedemikian rupa
hingga kuat, ringan, dan mudah dipindah-pindah.
b.
Bandul
Bandul
dibuat dari timah, kayu, atau batu yang dimasukkan ke dalam kantong. Fungsi
pokok bandul adalah untuk menahan agar mori yang baru dibatik tidak mudah
tergeser saat tertiup angin atau tertarik oleh si pembatik secara tidak
sengaja.
c.
Wajan
Wajan
adalah perkakas utuk mencairkan malam. Wajan dibuat dari logam baja atau tanah
liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari
perapian tanpa menggunakan alat lain.
d.
Kompor
Kompor
adalah alat untuk membuat api. Kompor yang biasa digunakan adalah kompor
berbahan bakar minyak. Namun terkadang kompor ini bisa diganti dengan kompor
gas kecil, anglo yang menggunakan arang, dan lain-lain. Kompor ini berfungsi
sebagai perapian dan pemanas bahan-bahan yang digunakan untuk membatik.
e.
Taplak
Taplak
adalah kain untuk menutup paha si pembatik agar tidak terkena tetesan malam
panas sewaktu canting ditiup atau waktu membatik.
f.
Saringan Malam
Saringan
adalah alat untuk menyaring malam panas yang memiliki banyak kotoran. Jika
malam tidak disaring, kotoran dapat mengganggu aliran malam pada ujung canting.
Sedangkan bila malam disaring, kotoran dapat dibuang sehingga tidak mengganggu
jalannya malam pada ujung canting sewaktu digunakan untuk membatik.
Ada
bermacam-macam bentuk saringan, semakin halus semakin baik karena kotoran akan
semakin banyak tertinggal. Dengan demikian, malam panas akan semakin bersih
dari kotoran saat digunakan untuk membatik.
g.
Canting
Canting
adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan, terbuat dari
tembaga dan bambu sebagai pegangannya. Canting ini dipakai untuk menuliskan
pola batik dengan cairan malam. Saat ini, canting perlahan menggunakan bahan
teflon.
h.
Mori
Mori
adalah bahan baku batik yang terbuat dari katun. Kualitas mori bermacam-macam
dan jenisnya sangat menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan. Mori
yang dibutuhkan disesuaikan dengan panjang pendeknya kain yang diinginkan.
Tidak
ada ukuran pasti dari panjang kain mori karena biasanya kain tersebut diukur
secara tradisional. Ukuran tradisional tersebut dinamakan kacu. Kacu adalah
sapu tangan, biasanya berbentuk bujur sangkar.
Jadi,
yang disebut sekacu adalah ukuran persegi mori, diambil dari ukuran lebar mori
tersebut. Oleh karena itu, panjang sekacu dari suatu jenis mori akan berbeda
dengan panjang sekacu dari mori jenis lain.
Namun di
masa kini, ukuran tersebut jarang digunakan. Orang lebih mudah menggunakan
ukuran meter persegi untuk menentukan panjang dan lebar kain mori. Ukuran ini
sudah berlaku secara nasional dan akhirnya memudahkan konsumen saat membeli
kain batik. Cara ini dapat mengurangi kesalahpahaman dan digunakan untuk
menyamakan persepsi di dalam sistem perdagangan.
i.
Malam (Lilin)
Malam
(lilin) adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Sebenarnya malam tidak
habis (hilang) karena pada akhirnya malam akan diambil kembali pada proses
mbabar, proses pengerjaan dari membatik sampai batikan menjadi kain. Malam yang
dipergunakan untuk membatik berbeda dengan malam (lilin) biasa. Malam untuk
membatik bersifat cepat diserap kain, tetapi dapat dengan mudah lepas ketika
proses pelorodan.
j.
Dhingklik (Tempat Duduk)
Dhingklik
(tempat duduk) adalah tempat untuk duduk pembatik. Biasanya terbuat dari bambu,
kayu, plastik, atau besi. Saat ini, tempat duduk dapat dengan mudah dibeli di
toko-toko.
k.
Pewarna Alami
Pewarna
alami adalah pewarna yang digunakan untuk membatik. Pada beberapa tempat
pembatikan, pewarna alami ini masih dipertahankan, terutama kalau mereka ingin
mendapatkan warna-warna yang khas, yang tidak dapat diperoleh dari warna-warna
buatan. Segala sesuatu yang alami memang istimewa, dan teknologi yang canggih
pun tidak bisa menyamai sesuatu yang alami.
Itulah
jenis perlengkapan membatik yang harus ada. Proses membatik memerlukan waktu
yang cukup lama, terlebih kalau kain yang dibatik sangat luas dan coraknya
cukup rumit.
2.
Proses Membatik
Di masa
kini, pengusaha batik juga menyediakan pendidikan batik kilat pada anak-anak
sekolah dan masyarakat umum. Yang diajarkan adalah tata cara membatik dengan
benar, dan biasanya menggunakan kain selebar saputangan sebagai percobaan.
Dengan demikian, proses membatik itu dapat dikerjakan hanya dalam beberapa jam
dan biaya yang diperlukan pun sangat kecil. Tradisi ini sangat bagus untuk
memperkenalkan proses membatik kepada masyarakat, terutama generasi muda.
Berikut
ini adalah proses membatik yang berurutan dari awal hingga akhir. Penamaan atau
penyebutan cara kerja di tiap daerah pembatikan bisa berbeda-beda, tetapi inti
yang dikerjakannya adalah sama.
a.
Ngemplong
Ngemplong
merupakan tahap paling awal atau pendahuluan, diawali dengan mencuci kain mori.
Tujuannya adalah untuk menghilangkan kanji. Kemudian dilanjutkan dengan
pengeloyoran, yaitu memasukkan kain mori ke minyak jarak atau minyak kacang
yang sudah ada di dalam abu merang. Kain mori dimasukkan ke dalam minyak jarak
agar kain menjadi lemas, sehingga daya serap terhadap zat warna lebih tinggi.
Setelah
melalui proses di atas, kain diberi kanji dan dijemur. Selanjutnya, dilakukan
proses pengemplongan, yaitu kain mori dipalu untuk menghaluskan lapisan kain
agar mudah dibatik.
b.
Mbathik
Nyorek
atau memola adalah proses menjiplak atau membuat pola di atas kain mori dengan
cara meniru pola motif yang sudah ada, atau biasa disebut dengan ngeblat. Pola
biasanya dibuat di atas kertas roti terlebih dahulu, baru dijiplak sesuai pola
di atas kain mori. Tahapan ini dapat dilakukan secara langsung di atas kain
atau menjiplaknya dengan menggunakan pensil atau canting.
Namun
agar proses pewarnaan bisa berhasil dengan baik, tidak pecah, dan sempurna,
maka proses batikannya perlu diulang pada sisi kain di baliknya. Proses ini
disebut ganggang.
Mbathik
merupakan tahap berikutnya, dengan cara menorehkan malam batik ke kain mori,
dimulai dari nglowong (menggambar garis-garis di luar pola) dan isen-isen
(mengisi pola dengan berbagai macam bentuk). Di dalam proses isen-isen terdapat
istilah nyecek, yaitu membuat isian dalam pola yang sudah dibuat dengan cara
memberi titik-titik (nitik). Ada pula istilah nruntum, yang hampir sama dengan
isen-isen, tetapi lebih rumit.
c.
Nembok
Nembok
adalah proses menutupi bagian-bagian yang tidak boleh terkena warna dasar,
dalam hal ini warna biru, dengan menggunakan malam. Bagian tersebut ditutup
dengan lapisan malam yang tebal seolah-olah merupakan tembok penahan.
d.
Medel
Medel
adalah proses pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara
berulang-ulang sehingga mendapatkan warna yang diinginkan.
e.
Ngerok dan Mbirah
Pada
proses ini, malam pada kain dikerok secara hati-hati dengan menggunakan
lempengan logam, kemudian kain dibilas dengan air bersih. Setelah itu, kain
diangin-anginkan.
f.
Mbironi
Mbironi
adalah menutupi warna biru dan isen-isen pola yang berupa cecek atau titik
dengan menggunakan malam. Selain itu, ada juga proses ngrining, yaitu proses
mengisi bagian yang belum diwarnai dengan motif tertentu. Biasanya, ngrining
dilakukan setelah proses pewarnaan dilakukan.
g.
Menyoga
Menyoga
berasal dari kata soga, yaitu sejenis kayu yang digunakan untuk mendapatkan
warna cokelat. Adapun caranya adalah dengan mencelupkan kain ke dalam campuran
warna cokelat tersebut.
h.
Nglorod
Nglorod
merupakan tahapan akhir dalam proses pembuatan sehelai kain batik tulis maupun
batik cap yang menggunakan perintang warna (malam). Dalam tahap ini, pembatik
melepaskan seluruh malam (lilin) dengan cara memasukkan kain yang sudah cukup
tua warnanya ke dalam air mendidih. Setelah diangkat, kain dibilas dengan air
bersih dan kemudian diangin-arginkan hingga kering. Proses membuat batik memang
cukup lama. Proses awal hingga proses akhir bisa melibatkan beberapa orang, dan
penyelesaian suatu tahapan proses juga memakan waktu. Oleh karena itu,
sangatlah wajar jika kain batik tulis berharga cukup tinggi.
DISUSUN
O
L
E
H
WULAN SARI PUSPITA NINGRUM
KELAS X IPA 2
SMA N 2 KOTA JAMBI
TAHUN AJARAN 2013/2014
If you're trying to burn fat then you need to start using this brand new custom keto meal plan diet.
BalasHapusTo produce this keto diet, licensed nutritionists, fitness trainers, and chefs have united to develop keto meal plans that are useful, convenient, price-efficient, and delightful.
Since their first launch in early 2019, 100's of individuals have already remodeled their figure and well-being with the benefits a great keto meal plan diet can provide.
Speaking of benefits: clicking this link, you'll discover eight scientifically-tested ones offered by the keto meal plan diet.