SYARAH
“semenjak Ayah meninggal, nggak tau
kenapa Bunda berubah, ia lebih sering sibuk dengan pekerjaannnya daripada
denganku. Di rumah aku merasa sepi, andai Bunda seperti dulu lagi yang selalu
ada waktu buat aku. Hmmmm.... tapi semua berubah” tiba-tiba tetes air mata
berlinang di pipinya.
Yaa, Syarah merupakan anak yatim
yang pintar. Semenjak kepergian ayahnya, ia merasa sepi sebab bunda yang biasa
di sampingnya, kini harus menjadi tulang punggung keluarga, kehidupan ekonomi
mereka jadi menurun, hanya sebuah rumah dan peusahaanlah yang menjadi warisan
almarhum.
Terkadang ia menanyakan hal ini dengan
Bundanya, namun Bunda hanya diam dan bergegas pergi seakan sedang
menyembunyikan sesuatu.
“Syarah, Bunda pulang!”, suara
lembut dari Bunda yang sangat Syarah nantikan.
“Iya Bunda, bentar”, teriak Syarah
yang langsung bangkit dari tempat tidurnya, tidak sengaja tanggannya terkenan
goresan kayu lemari, berdarah namun dengan sigap ia meraih tisuue di atas
lemari tersebut, dan langsung menghampiri Bundanya.
“Syarah, tangan kamu kenapa, Nak ?”,
tanya Bunda yang penuh rasa ingin tau.
“e...e...e...enggak ada apa-apa Bun,
tadi habis kena tinta spidol aja, trus Intan bersihin deh, Bun Syarah tinggal
dulu ya, Syarah mau belajar lagi” seketika langsung lari dan dengan cepat
mengunci pintu.
“Aduhhh perihh banget, untung
darahnya udah lumayan berhenti, kalo enggak bisa gawat”, dengan kepanikan yang
terus mengganggu pikirannya.
Karena kelelahan ia tertidur dengan
keadaan tissue yang membungkus tangan
kirinya, hingga harus kesiangan pada pukul 06.10, untung ada kicauan burung
yang dapat membangunkannya. Melihat jam, dan segera beranjak dari tempat
tidurnya, hingga harus lupa menyiapkan daftar pelajaran di hari ini. Terbawalah
olehnya buku pelajaran kemarin. Tepat ia masuk bel berbunyi pertanda jam
pelajaran akan segera di mulai.
“tumben banget Rah, lama datangnya.
Biasanya kan kamu paling cepet”, sapa Bella teman sebangkunya sekaligus sahabat
sejak SD.
“iya ni bel kesiangan “, jawab
singkat Syarah dan langsung meraih tasnya untuk mengambil buku pelajaran
B.Indonesia.
Tidak sengaja ketika Bella mengambil
pena di meja Syarah, mata penanya menyenggol tangan kiri Syarah. Dan langsung
mengeluarkan darah kembali.
“aduhhh Bel, hati-hati dong, sakit
bnget ni”, cetus Syarah
“sorry Rah, tadi nggak sengaja.
Memangnya ni luka kena apaan sih ?” wajah penasaran yang langsung ada di wajah
Bella.
“ Kemarin kena senggol ujung meja
yang runcing Bel, kemarin sih udah nggak berdarah lagi, tapi kok sekarang jadi
gini, berdarah lagi dan aku merasa kalau lukaku parah”, jelas Syarah.
“Husssst nggak boleh gitu, biasanya
sih luka gituan cuman 3 hari udah sembuh kok, maaf ya bneran aku tadi nggak
sengaja Rah”, Jawab Bella.
Tidak terasa jam pelajaraan telah
usai, kini tibalah bel berbunyi, seketika kelas kosong. Hanya tersisa Syarah
dan Bella. Mereka mempunyai kebiasaan yang sama, jika sudah bel pulang di
bunyikan, mereka berdua tetap tinggal di kelas, sambil menunggu jemputan, dan
mengulang-ulang kembali pelajaran yang telah di berikan oleh guru. Di
pertengahan pembahasan soal, Syarah mengeluh kembali tentang luka yang ada di
tangan kirinya.
“Bel, tangan aku kok perih banget
ya, padahal kalo aku pikir-pikir sih nggak begitu parah, tapi bukannya malah
tambah sehat, ehh malah makin bonyok gini” menunjukkan lukanya.
“hmmmm, kalo aku rasa sih Rah, tu
luka hanya bentaran doang. Udah deh pikir positif aja dulu, jangan pikir
negatif-negatif, entar takutnya hal yang tidak di inginkan terjadi. Kita bahas
soal lagi aja”, walau sebenarnya Bella juga udah merasa ganjal, kok luka kecil
menjadi bonyok seperti itu, tapi mencoba meyakinkan sahabatnya bahwa tidak akan
terjadi apa-apa.
“syarah ?” panggil Bunda dari depan
pintu kelas.
“Bunda, udah datang, dari tadi ya
Bunda ?” jawab Syarah.
“Nggak kok Nak, ni juga baru sampai”
jawab Bunda
“Tante.....” sapa Bella kepada Bunda
Syarah sambil menyalami dan menebarkan senyumnya.
“ehhh Bella, belum di jemput bel ?”
tanya Bunda Syarah
“Memang
enggak di jemput tante, Mama lagi pergi ke Bandung ada survey te, jadinya Bella
cuman mau nemenin
Syarah aja” jawab Bella
“Oh gitu, gimana kalo kita ke taman
bunga aja ?” tanya Bunda
“Ayo Bun, Syarah setuju. Memangnya
Bunda nggak bawa mobil ya ?”
“ Iya te, Bella juga setuju kok”
jawab Bella penuh semangat
“Sengaja tadi Bunda nggak bawa mobil
supaya kita bisa ke taman bunga, ya udah ayo kita
berangkat sekarang”
ajak Bunda
Akhirnya
mereka bertiga mengunjungi taman bunga yang sangat indah di pedesaan kecil.
Syarah sangat suka bermain kesana. Terakhir ia kesana bersama Almarhum Ayahnya.
Mereka mencari tempat duduk yang terdapat pemandangan bagus di dekatnya.
Setelah berputar-putar cukup lama, akhirnya mereka menemukannya.
“pemandangannya
indah ya Rah, baru kali ini aku ke tempat yang seperti ini” menunjukkan sikap
kekagumannya terhadap suasana sekitar.
“hmmm,
iya Bel. Pemandangannya indah, udaranya sejuk. Mungkinkah esok aku akan kembali
?” jawabnya.
Bunda
daritadi tidak juga berbicara, ia hanya melihat-lihat pemandangan sekitar.
Lalu, Syarah berdiri dan memetik setangkai bunga mawar dan di berikannya kepada
Bunda.
“ini
untuk Bunda, maafin Syarah ya Bun. Selama ini sebenarnya Syarah suka berpikir
kalo Bunda tu jahat. Syarah sayang Bunda” sambil tersenyum dan meraih tangan
kanan Bunda dan meletakkan mawarnya.
“iya
Nak, maafin Bunda juga selama ini Bunda sering ninggalin kamu, dan baru kali
ini Bunda bisa bawa kamu kesini lagi” menahan haru
Bella
hanya bisa meratapi dan menahan air matanya keluar. Sebab seketika itu juga ia
teringat akan Mamanya, yang kini sedang sibuk ke Bandung. Setelah itu tanpa
sengaja Bunda menyentuh tangan kiri Syarah, dan melihat apa yang di pegangnya.
“ini
kena apa, Nak ?” tanya Bunda penasaran
“itu
tante, kena ujung lemari” dengan cepat Bella menjawab, karena ia yakin jika
jawaban Syarah merupakan jawaban bohong. Bella tidak ingin luka di tangan
Syarah itu tambah bonyok. Ia sangat sayang dengan sahabatnya itu.
Seketika
Syarah berdiri untuk mengalihkan pandang terhadap Bunda.
“kok
sampe begitu lukanya ya, mengapa kamu enggak jujur sama Bunda Rah ?” penuh
dengan penasaran akan luka tersebut.
“maafin
Syarah Bun, sebenarnya di samping luka ini juga, Syarah sering pusing. Syarah
juga bingung mau gimana Bun. Kalo Syarah ceritain ke Bunda, nanti justru
menyusahkan Bunda” jawab Syarah menuju ke hadapan Bunda penuh dengan rasa
kesalahan.
Tak
lama kemudian tubuh Syarah melemah dan akhirnya terjatuh di hadapan Bundanya.
Panik seketika muncul, Bella bingung harus gimana, Bunda udah menangis.
“Nak,
kamu kenapa Nak ? Bangun sayang” teriak Bunda
“Rah,
Syarah bangun. Kasihan Bundamu Rah” air mata bela jatuh
Dengan
langkah cepat Bunda dan Bela membawa Syarah ke rumah sakit terdekat meminta
bantuan pengunjung lain untuk membawa Syarah, dengan perasaan yang bercampur.
Ketika sampai di rumah sakit, Bunda langsung memanggil perawat.
“suster,
suster cepat tolong anak saya” teriak Bunda sambil terus memegangi tangan
Syarah
Tak
lama kemudian dokter langsung memeriksa keadaan Syarah. Bunda dan Bela menunggu
di depan ruangan sambil mondar-mandir menangis. Mengkhawatirkan Syarah, sosok
yang baik, ramah, santun, dan pintar. Akhirnya dokter pun keluar
“Anda
ibu Syarah ?” tanya dokter
“Iya
Dok, apa yang terjadi dengan anak saya ?” jawab Bunda
“Mari
Bu ikut saya ke ruangan, saya ingin memberitahu tentang penyakit putri anda”
jawab dokter dengan serius.
Bunda
dan Dokter menuju ruangan dengan penuh rasa penasaran. Setelah sampai di
ruangan, Bunda di persilakan duduk.
“silakan
duduk Bu. Gini, sebenarnya putri Ibu mempunyai penyakit diabetes yaa mungkin
karena faktor keturunan. Hal ini terlihat dari luka yang ada di tangannya. Serta
pemeriksaan yang menunjukkan kadar gula darah yang tinggi, jadi hal ini perlu
ibu perhatikan. Sebab diabetes bukan penyakit biasa Bu. Tolong jaga pola makan
putri anda” perkataan Dokter yang bijaksana membuat dugaan Bunda selama ini
benar-benar terjadi kepada putrinya.
“Dok,
lakukan apa saja untuk putri saya” jawab Bunda
“
Siap Bu, pasti saya akan melakukan hal yang terbaik untuk putri anda” jawab
singkat dokter
Setelah
Bunda berbicara ke dokter, Bunda langsung menuju ruangan Syarah di rawat.
Terlihat dari depan pintu ada Bela yang setia menemani sahabatnya terbaring di
rumah sakit.
“Bel,
aku di mana?” tanya Syarah.
“Syarah
? Alhamdulillah kamu udah sadar. Kasihan
Bunda kamu Rah” jawab Bela
“Bunda
mana Bel ?” wajah penasaran
“Bunda
di sini sayang” menampilkan senyum kepada putrinya.
Karena
udah malam, Bela berpamitan dengan Bunda dan Syarah. Kebetulan sopirnya juga
udah menunggunya di parkiran.
“Tante,
Syarah, Bela pulang dulu ya, udah malam. Besok Insyaallah Bela kesini lagi,
cepat sembuh ya Rah, aku pingin kita main lagi di kelas” tampilan senyum Bela
“Iya
Bel, makasih ya udah mau jagain Syarah” jawab Bunda.
Keesokan
harinya tepat hari minggu, Bela mendengar kabar bahwa Syarah udah pulang dari
rumah sakit. Ketika mendengar kabar itu, langsung Bela menuju rumah Syarah di
antar oleh sopir pribadinya. Ketika memasuki rumah Syarah
“Assalamualaikum”
sapa Bela
“Waalaikumsalam,
eh Bela masuk yuk. Tuh udah di tungguin sama Syarah. Langsung aja ke kamarnya
ya” Jawab Bunda
“Iya
te” menampilkan senyum apa adanya
Ketika
memasuki kamar Syarah. Betapa terkejutnya Bela melihat Syarah yang sedang
mengisi LKS sambil terbaring.
“Rah,
udah dong belajarnya. Kamu tu masih dalam pemulihan Rah. Kok udah belajar sih”
kata Bela dengan nada lembut.
“Enggak
mau ah Bel, aku mau menyelesaikan semua LKS. Soalnya kan bentar lgi udah UN.
Jadi kalo nggk banyak-banyak belajar. Aku bisa nggak lulus. Malu akunya” jawab
menolak dan matanya tetap menuju ke buku
“hmmm,
terserah kamu aja deh Rah. Eh gimana luka kamu kemarin ?” tanya Bela
“Tambah
bonyok Bel, aku rasa pasti ada sesuatu. Kamu bawa laptop nggak ?” tanyanya
penuh penasaran tentang penyakit yang di deritanya.
“Aku
selalu bawa laptop Rah, nih laptopnya. Memangnya untuk apa ?” menyodorkan
laptop ke tangan Syarah.
“Ahhhhh
kepo. Lihat aja deh” ketawa.
“Ihh
kamu ni, meski sakit tapi sifat ngeselinnya nggak hilang-hilang juga ya.
Syarah, Syarah”
Bela
melihatnya browsing mencari nama penyakit yang Syarah derita melalui
gejala-gejalanya. Ketika menemukannya
“Diabetes..........
Umurku udah enggak lama lagi Bel” kata-kata yang terlontar membuat Bela
menangis.
“Enggak
Rah, hidupmu masih panjang. Yakinlah dengan apa yang aku katakan” jawabku
tersedu-sedu.
Seketika
kedua sahabat tersebut saling berpelukan, dan Bunda pun memasuki kamar Syarah
untuk mengantarkan minuman kepada Bela.
“Ngapa
kalian berdua nangis ?” tanya Bunda
“Eh
nggak Bun, kami hanya latihan drama untuk pementasan UAS” jawaban bohong dari
Syarah merasa Bela gelisah.
“Oh
ya udah selamat latihan aja ya. Syarah jangan belajar dulu ya. Kalo bergurau
dengan Bela Bunda izinin” jawab Bunda
“Enggak
apa-apa kok Bun. Biar selesai semua LKSnya” jelas Syarah.
Mereka
bergurau, bercanda berdua. Bela merasakan keperihan Syarah, tapi ia coba
menutupinya. Ia tidak ingin sahabatnya sedih. Jam telah menunjukkan pukul 13.00
saatnya Bela berpamitan karena ia ada janji dengan Mamanya yang baru pulang
dari Bandung untuk ke toko buku.
“Aku
pulang dulu ya Rah, tolong kasih tau Bunda kamu. Kayaknya Bunda kamu lagi
keluar sebentar” tersenyum
“Iya,
hati-hati ya. Oh ya besok aku tunggu kamu di kelas yaaa” jawabnya
“Oke,
sampe ketemu besok yaaaa”
Di
halaman rumah ada Bunda yang sedang mengobrol dengan Mama Bela.
“Tante
Bela pamit dulu ya” sapaku
“Iya
bel. Makasih banyak ya udah mau menghibur Syarah”
“Sama-sama
tante” senyum
Ketika
Bela pulang, Bunda memasuki kamar Syarah melihat keadaan Syarah yang tidak
sadar dan memegang punggungnya yang sangat panas. Bunda sangat panik. Dengan
cepat ia mengeluarkan mobil dan membawanya dengan laju kencang. Hingga sampai
di rumah sakit
“Dok
tolong anak saya tidak sadarkan diri lagi” isak tangis Bunda
“Iya
Bu, kami akan bawa Syarah ke ICU, Ibu harap mengunggu” perintah Dokter
Sambil
menunggu Bunda selalu berdo’a kepada Allah SWT agar Syarah dapat sadar kembali,
tetapi ketika Dokter keluar
“Dokter
gimana Putri saya. Lakukan hal yang terbaik” perintah Bunda dengan isak
tangisnya
“Maaf
Bu, Allah SWT berkehendak lain, Syarah telah tiada” dengan wajah sesal
Tak
lama Bela dan Mamanya kembali menampilkan wajah mereka di hadapan Bunda. Mereka
menangis menantikan datangnya Syarah dalam keadaan tubuh yang pucat dan kaku
*** END ***
Your Affiliate Money Making Machine is ready -
BalasHapusPlus, making money with it is as easy as 1, 2, 3!
This is how it all works...
STEP 1. Input into the system which affiliate products the system will promote
STEP 2. Add PUSH BUTTON traffic (it LITERALLY takes 2 minutes)
STEP 3. See how the affiliate products system grow your list and upsell your affiliate products all for you!
Are you ready to make money automatically??
The solution is right here