Sabtu, 16 Mei 2015

Cerita Pendek ~Syarah


SYARAH
            “semenjak Ayah meninggal, nggak tau kenapa Bunda berubah, ia lebih sering sibuk dengan pekerjaannnya daripada denganku. Di rumah aku merasa sepi, andai Bunda seperti dulu lagi yang selalu ada waktu buat aku. Hmmmm.... tapi semua berubah” tiba-tiba tetes air mata berlinang di pipinya.
            Yaa, Syarah merupakan anak yatim yang pintar. Semenjak kepergian ayahnya, ia merasa sepi sebab bunda yang biasa di sampingnya, kini harus menjadi tulang punggung keluarga, kehidupan ekonomi mereka jadi menurun, hanya sebuah rumah dan peusahaanlah yang menjadi warisan almarhum.
             Terkadang ia menanyakan hal ini dengan Bundanya, namun Bunda hanya diam dan bergegas pergi seakan sedang menyembunyikan sesuatu.
            “Syarah, Bunda pulang!”, suara lembut dari Bunda yang sangat Syarah nantikan.
            “Iya Bunda, bentar”, teriak Syarah yang langsung bangkit dari tempat tidurnya, tidak sengaja tanggannya terkenan goresan kayu lemari, berdarah namun dengan sigap ia meraih tisuue di atas lemari tersebut, dan langsung menghampiri Bundanya.
            “Syarah, tangan kamu kenapa, Nak ?”, tanya Bunda yang penuh rasa ingin tau.
            “e...e...e...enggak ada apa-apa Bun, tadi habis kena tinta spidol aja, trus Intan bersihin deh, Bun Syarah tinggal dulu ya, Syarah mau belajar lagi” seketika langsung lari dan dengan cepat mengunci pintu.
            “Aduhhh perihh banget, untung darahnya udah lumayan berhenti, kalo enggak bisa gawat”, dengan kepanikan yang terus mengganggu pikirannya.
            Karena kelelahan ia tertidur dengan keadaan  tissue yang membungkus tangan kirinya, hingga harus kesiangan pada pukul 06.10, untung ada kicauan burung yang dapat membangunkannya. Melihat jam, dan segera beranjak dari tempat tidurnya, hingga harus lupa menyiapkan daftar pelajaran di hari ini. Terbawalah olehnya buku pelajaran kemarin. Tepat ia masuk bel berbunyi pertanda jam pelajaran akan segera di mulai.
            “tumben banget Rah, lama datangnya. Biasanya kan kamu paling cepet”, sapa Bella teman sebangkunya sekaligus sahabat sejak SD.
            “iya ni bel kesiangan “, jawab singkat Syarah dan langsung meraih tasnya untuk mengambil buku pelajaran B.Indonesia.
            Tidak sengaja ketika Bella mengambil pena di meja Syarah, mata penanya menyenggol tangan kiri Syarah. Dan langsung mengeluarkan darah kembali.
            “aduhhh Bel, hati-hati dong, sakit bnget ni”, cetus Syarah
            “sorry Rah, tadi nggak sengaja. Memangnya ni luka kena apaan sih ?” wajah penasaran yang langsung ada di wajah Bella.
            “ Kemarin kena senggol ujung meja yang runcing Bel, kemarin sih udah nggak berdarah lagi, tapi kok sekarang jadi gini, berdarah lagi dan aku merasa kalau lukaku parah”, jelas Syarah.
            “Husssst nggak boleh gitu, biasanya sih luka gituan cuman 3 hari udah sembuh kok, maaf ya bneran aku tadi nggak sengaja Rah”, Jawab Bella.
            Tidak terasa jam pelajaraan telah usai, kini tibalah bel berbunyi, seketika kelas kosong. Hanya tersisa Syarah dan Bella. Mereka mempunyai kebiasaan yang sama, jika sudah bel pulang di bunyikan, mereka berdua tetap tinggal di kelas, sambil menunggu jemputan, dan mengulang-ulang kembali pelajaran yang telah di berikan oleh guru. Di pertengahan pembahasan soal, Syarah mengeluh kembali tentang luka yang ada di tangan kirinya.
            “Bel, tangan aku kok perih banget ya, padahal kalo aku pikir-pikir sih nggak begitu parah, tapi bukannya malah tambah sehat, ehh malah makin bonyok gini” menunjukkan lukanya.
            “hmmmm, kalo aku rasa sih Rah, tu luka hanya bentaran doang. Udah deh pikir positif aja dulu, jangan pikir negatif-negatif, entar takutnya hal yang tidak di inginkan terjadi. Kita bahas soal lagi aja”, walau sebenarnya Bella juga udah merasa ganjal, kok luka kecil menjadi bonyok seperti itu, tapi mencoba meyakinkan sahabatnya bahwa tidak akan terjadi apa-apa.
            “syarah ?” panggil Bunda dari depan pintu kelas.
            “Bunda, udah datang, dari tadi ya Bunda ?” jawab Syarah.
            “Nggak kok Nak, ni juga baru sampai” jawab Bunda
            “Tante.....” sapa Bella kepada Bunda Syarah sambil menyalami dan menebarkan senyumnya.
            “ehhh Bella, belum di jemput bel ?” tanya Bunda Syarah
            “Memang enggak di jemput tante, Mama lagi pergi ke Bandung ada survey te, jadinya Bella
cuman mau nemenin Syarah aja” jawab Bella
           
            “Oh gitu, gimana kalo kita ke taman bunga aja ?” tanya Bunda
           
            “Ayo Bun, Syarah setuju. Memangnya Bunda nggak bawa mobil ya ?”
           
            “ Iya te, Bella juga setuju kok” jawab Bella penuh semangat

            “Sengaja tadi Bunda nggak bawa mobil supaya kita bisa ke taman bunga, ya udah ayo kita
berangkat sekarang” ajak Bunda

Akhirnya mereka bertiga mengunjungi taman bunga yang sangat indah di pedesaan kecil. Syarah sangat suka bermain kesana. Terakhir ia kesana bersama Almarhum Ayahnya. Mereka mencari tempat duduk yang terdapat pemandangan bagus di dekatnya. Setelah berputar-putar cukup lama, akhirnya mereka menemukannya.
“pemandangannya indah ya Rah, baru kali ini aku ke tempat yang seperti ini” menunjukkan sikap kekagumannya terhadap suasana sekitar.
“hmmm, iya Bel. Pemandangannya indah, udaranya sejuk. Mungkinkah esok aku akan kembali ?” jawabnya.
Bunda daritadi tidak juga berbicara, ia hanya melihat-lihat pemandangan sekitar. Lalu, Syarah berdiri dan memetik setangkai bunga mawar dan di berikannya kepada Bunda.
“ini untuk Bunda, maafin Syarah ya Bun. Selama ini sebenarnya Syarah suka berpikir kalo Bunda tu jahat. Syarah sayang Bunda” sambil tersenyum dan meraih tangan kanan Bunda dan meletakkan mawarnya.
“iya Nak, maafin Bunda juga selama ini Bunda sering ninggalin kamu, dan baru kali ini Bunda bisa bawa kamu kesini lagi” menahan haru
Bella hanya bisa meratapi dan menahan air matanya keluar. Sebab seketika itu juga ia teringat akan Mamanya, yang kini sedang sibuk ke Bandung. Setelah itu tanpa sengaja Bunda menyentuh tangan kiri Syarah, dan melihat apa yang di pegangnya.
“ini kena apa, Nak ?” tanya Bunda penasaran
“itu tante, kena ujung lemari” dengan cepat Bella menjawab, karena ia yakin jika jawaban Syarah merupakan jawaban bohong. Bella tidak ingin luka di tangan Syarah itu tambah bonyok. Ia sangat sayang dengan sahabatnya itu.
Seketika Syarah berdiri untuk mengalihkan pandang terhadap Bunda.
“kok sampe begitu lukanya ya, mengapa kamu enggak jujur sama Bunda Rah ?” penuh dengan penasaran akan luka tersebut.
“maafin Syarah Bun, sebenarnya di samping luka ini juga, Syarah sering pusing. Syarah juga bingung mau gimana Bun. Kalo Syarah ceritain ke Bunda, nanti justru menyusahkan Bunda” jawab Syarah menuju ke hadapan Bunda penuh dengan rasa kesalahan.
Tak lama kemudian tubuh Syarah melemah dan akhirnya terjatuh di hadapan Bundanya. Panik seketika muncul, Bella bingung harus gimana, Bunda udah menangis.
“Nak, kamu kenapa Nak ? Bangun sayang” teriak Bunda
“Rah, Syarah bangun. Kasihan Bundamu Rah” air mata bela jatuh
Dengan langkah cepat Bunda dan Bela membawa Syarah ke rumah sakit terdekat meminta bantuan pengunjung lain untuk membawa Syarah, dengan perasaan yang bercampur. Ketika sampai di rumah sakit, Bunda langsung memanggil perawat.
“suster, suster cepat tolong anak saya” teriak Bunda sambil terus memegangi tangan Syarah
Tak lama kemudian dokter langsung memeriksa keadaan Syarah. Bunda dan Bela menunggu di depan ruangan sambil mondar-mandir menangis. Mengkhawatirkan Syarah, sosok yang baik, ramah, santun, dan pintar. Akhirnya dokter pun keluar
“Anda ibu Syarah ?” tanya dokter
“Iya Dok, apa yang terjadi dengan anak saya ?” jawab Bunda
“Mari Bu ikut saya ke ruangan, saya ingin memberitahu tentang penyakit putri anda” jawab dokter dengan serius.
Bunda dan Dokter menuju ruangan dengan penuh rasa penasaran. Setelah sampai di ruangan, Bunda di persilakan duduk.
“silakan duduk Bu. Gini, sebenarnya putri Ibu mempunyai penyakit diabetes yaa mungkin karena faktor keturunan. Hal ini terlihat dari luka yang ada di tangannya. Serta pemeriksaan yang menunjukkan kadar gula darah yang tinggi, jadi hal ini perlu ibu perhatikan. Sebab diabetes bukan penyakit biasa Bu. Tolong jaga pola makan putri anda” perkataan Dokter yang bijaksana membuat dugaan Bunda selama ini benar-benar terjadi kepada putrinya.
“Dok, lakukan apa saja untuk putri saya” jawab Bunda
“ Siap Bu, pasti saya akan melakukan hal yang terbaik untuk putri anda” jawab singkat dokter
Setelah Bunda berbicara ke dokter, Bunda langsung menuju ruangan Syarah di rawat. Terlihat dari depan pintu ada Bela yang setia menemani sahabatnya terbaring di rumah sakit.
“Bel, aku di mana?” tanya Syarah.
“Syarah ? Alhamdulillah  kamu udah sadar. Kasihan Bunda kamu Rah” jawab Bela
“Bunda mana Bel ?” wajah penasaran
“Bunda di sini sayang” menampilkan senyum kepada putrinya.
Karena udah malam, Bela berpamitan dengan Bunda dan Syarah. Kebetulan sopirnya juga udah menunggunya di parkiran.
“Tante, Syarah, Bela pulang dulu ya, udah malam. Besok Insyaallah Bela kesini lagi, cepat sembuh ya Rah, aku pingin kita main lagi di kelas” tampilan senyum Bela
“Iya Bel, makasih ya udah mau jagain Syarah” jawab Bunda.
Keesokan harinya tepat hari minggu, Bela mendengar kabar bahwa Syarah udah pulang dari rumah sakit. Ketika mendengar kabar itu, langsung Bela menuju rumah Syarah di antar oleh sopir pribadinya. Ketika memasuki rumah Syarah
“Assalamualaikum” sapa Bela
“Waalaikumsalam, eh Bela masuk yuk. Tuh udah di tungguin sama Syarah. Langsung aja ke kamarnya ya” Jawab Bunda
“Iya te” menampilkan senyum apa adanya
Ketika memasuki kamar Syarah. Betapa terkejutnya Bela melihat Syarah yang sedang mengisi LKS sambil terbaring.
“Rah, udah dong belajarnya. Kamu tu masih dalam pemulihan Rah. Kok udah belajar sih” kata Bela dengan nada lembut.
“Enggak mau ah Bel, aku mau menyelesaikan semua LKS. Soalnya kan bentar lgi udah UN. Jadi kalo nggk banyak-banyak belajar. Aku bisa nggak lulus. Malu akunya” jawab menolak dan matanya tetap menuju ke buku
“hmmm, terserah kamu aja deh Rah. Eh gimana luka kamu kemarin ?” tanya Bela
“Tambah bonyok Bel, aku rasa pasti ada sesuatu. Kamu bawa laptop nggak ?” tanyanya penuh penasaran tentang penyakit yang di deritanya.
“Aku selalu bawa laptop Rah, nih laptopnya. Memangnya untuk apa ?” menyodorkan laptop ke tangan Syarah.
“Ahhhhh kepo. Lihat aja deh” ketawa.
“Ihh kamu ni, meski sakit tapi sifat ngeselinnya nggak hilang-hilang juga ya. Syarah, Syarah”
Bela melihatnya browsing mencari nama penyakit yang Syarah derita melalui gejala-gejalanya. Ketika menemukannya
“Diabetes.......... Umurku udah enggak lama lagi Bel” kata-kata yang terlontar membuat Bela menangis.
“Enggak Rah, hidupmu masih panjang. Yakinlah dengan apa yang aku katakan” jawabku tersedu-sedu.
Seketika kedua sahabat tersebut saling berpelukan, dan Bunda pun memasuki kamar Syarah untuk mengantarkan minuman kepada Bela.
“Ngapa kalian berdua nangis ?” tanya Bunda
“Eh nggak Bun, kami hanya latihan drama untuk pementasan UAS” jawaban bohong dari Syarah merasa Bela gelisah.
“Oh ya udah selamat latihan aja ya. Syarah jangan belajar dulu ya. Kalo bergurau dengan Bela Bunda izinin” jawab Bunda
“Enggak apa-apa kok Bun. Biar selesai semua LKSnya” jelas Syarah.
Mereka bergurau, bercanda berdua. Bela merasakan keperihan Syarah, tapi ia coba menutupinya. Ia tidak ingin sahabatnya sedih. Jam telah menunjukkan pukul 13.00 saatnya Bela berpamitan karena ia ada janji dengan Mamanya yang baru pulang dari Bandung untuk ke toko buku.
“Aku pulang dulu ya Rah, tolong kasih tau Bunda kamu. Kayaknya Bunda kamu lagi keluar sebentar” tersenyum
“Iya, hati-hati ya. Oh ya besok aku tunggu kamu di kelas yaaa” jawabnya
“Oke, sampe ketemu besok yaaaa”
Di halaman rumah ada Bunda yang sedang mengobrol dengan Mama Bela.
“Tante Bela pamit dulu ya” sapaku
“Iya bel. Makasih banyak ya udah mau menghibur Syarah”
“Sama-sama tante” senyum
Ketika Bela pulang, Bunda memasuki kamar Syarah melihat keadaan Syarah yang tidak sadar dan memegang punggungnya yang sangat panas. Bunda sangat panik. Dengan cepat ia mengeluarkan mobil dan membawanya dengan laju kencang. Hingga sampai di rumah sakit
“Dok tolong anak saya tidak sadarkan diri lagi” isak tangis Bunda
“Iya Bu, kami akan bawa Syarah ke ICU, Ibu harap mengunggu” perintah Dokter
Sambil menunggu Bunda selalu berdo’a kepada Allah SWT agar Syarah dapat sadar kembali, tetapi ketika Dokter keluar
“Dokter gimana Putri saya. Lakukan hal yang terbaik” perintah Bunda dengan isak tangisnya
“Maaf Bu, Allah SWT berkehendak lain, Syarah telah tiada” dengan wajah sesal
Tak lama Bela dan Mamanya kembali menampilkan wajah mereka di hadapan Bunda. Mereka menangis menantikan datangnya Syarah dalam keadaan tubuh yang pucat dan kaku

*** END ***


1 komentar:

  1. Your Affiliate Money Making Machine is ready -

    Plus, making money with it is as easy as 1, 2, 3!

    This is how it all works...

    STEP 1. Input into the system which affiliate products the system will promote
    STEP 2. Add PUSH BUTTON traffic (it LITERALLY takes 2 minutes)
    STEP 3. See how the affiliate products system grow your list and upsell your affiliate products all for you!

    Are you ready to make money automatically??

    The solution is right here

    BalasHapus